RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Indonesia dengan peringkat pengguna internet terbesar keempat di dunia terus bergerak maju dalam ranah teknologi. Namun, tantangan yang dihadapi dalam pengolahan bahasa daerah masih menjadi fokus utama.
Meski demikian, langkah progresif telah diambil melalui kegiatan pembangunan data dan pembangunan model serta benchmark untuk tiga bahasa daerah yaitu Bugis, Bali dan Minangkabau. Kegiatan yang diselenggarakan oleh FAIR Forward– Artificial Intelligence for All yang dilaksanakan oleh GIZ Indonesia atas nama Kementerian Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Jerman (BMZ) bersama dengan Kementerian PPN/BAPPENAS RI tersebut bertujuan membangun data bahasa daerah terbuka guna mendukung pengembangan teknologi yang berkelanjutan. Dalam pelaksanaanya kegiatan ini juga turut didukung oleh Prosa.Ai.
Co-Founder of Prosa.AI, Ayu Purwarianti mengatakan, dalam kegiatan ini tiga bahasa daerah penting dipilih untuk pembangunan data Minangkabau, Bali dan Bugis. Ketiga bahasa ini dipilih atas dasar popularitas penggunaan serta representasi geografis yang luas di Indonesia.
“Bahasa Bali mewakili wilayah Bali-Sasak-Sumbawa, sementara Minangkabau melambangkan wilayah Malayo-Chamic di Sumatera, dan Bahasa Bugis mewakili Sulawesi Selatan,” ujar Ayu, Senin (22/4/2024).
Dalam rentang waktu 48 pekan, FAIR Forward berhasil mencapai target pembangunan data sebesar 10.000.000 kata. Proses ini melibatkan anotator remote dari masyarakat setempat dengan beragam latar belakang dialek dan jenis pekerjaan, memastikan representasi yang seimbang dari gender.
“Meskipun menghadapi tantangan seperti kesibukan dan kondisi eksternal seperti pemadaman listrik, proyek ini berhasil melalui berbagai hambatan dengan hasil yang memuaskan,” sambung Ayu.
Ia mengungkapkan, data yang terkumpul dianalisis dan dipublikasikan pada platform HuggingFace, memungkinkan akses yang mudah bagi pengembang dan masyarakat umum. Hasil dari pembangunan model juga menunjukkan peningkatan kinerja yang signifikan dibandingkan dengan model dasar sebelum adaptasi.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat dan inovator AI lokal dapat memanfaatkan data bahasa daerah yang tersedia untuk membangun teknologi yang mendukung kebutuhan terkait bahasa daerah. Selain itu, FAIR Forward juga berpotensi meningkatkan literasi digital sebagai langkah penting menuju transformasi digital yang lebih inklusif,” paparnya.
Baca Juga: Kolaborasi Unisba-IPB Dampingi Desa Dayeuhkolot Subang Akselerasi Pemanfaatan Teknologi Digital
Dalam kesempatan yang sama, Kordinator Ekosistem dan Pemanfaatan TIK, Direktorat Ketenagalistrikan, Telekomunikasi dan Informatika Bappenas RI, Andianto Haryoko menambahkan, Indonesia merupakan
negara dengan kekayaan bahasa yang cukup besar.
“Bahasa daerah adaah aset nasional yang harus dilestarikan yang pasti punya nilai lebih, bukan untuk pemerintah saja, tapi juga untuk peningkatan SDM dan kesejahteraan dari sisi ekonomi warga,” tuturnya.
Baca Juga: Hadiri WEF 2024, Dirut BRI Sebut Profesi Baru Ini Belum Bisa Digantikan oleh Teknologi di Masa Depan
Kata Andianto, pendekatan dengan bahasa menjadi alamiah dan meningkatkan ownership masyarakat lokal. Pengembangan bahasa daerah dengan pemanfaatan teknologi ini diharapkan bisa terus berkembang dan tidak hanya tiga bahasa, melainkan semua bahasa di Indonesia.
“Transformasi digital untuk melindungi aset nasional sepeti bahasa yang bisa digunakan dalam sehari hari yang saat ini perlahan mulai kurang diminanti oleh generasi saat ini. Langkah pelestarian bahasa daerah ini diharapkan bisa memberi dampak yang bermanfaat lainnya,” pungkasnya. (arh)