RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Ada yang tau atau masih ingat dengan jajanan jaman dulu (Jadul) khas Bandung, Kue Balok Kang Didin?
Jajanan jadul tempo dulu satu ini tak kehilangan penggemarnya. Bahkan, sampai sekarang, kedai Kue Balok Kang Didin hits di kalangan anak muda Bandung.
Kini, kue balok Kang Didin bertransformasi menjadi kue kekinian. Dijual di kedai yang juga cocok untuk nongkrong dan berbagi cerita saat sore atau malam hari.
Pagi hari pun sama cocoknya dengan tempatnya yang terasa adem dan tidak terlalu ramai.
Kue Balok Kang Didin selalu ramai pembeli setiap harinya. Penyuka jajanan manis, sepertinya wajib menjajal jajanan yang satu ini. Ada 10 toping yang tersedia, seperti keju, coklat, kismis, lacang, kacang coklat, selai strawberry, selai blueberry, selai nanas, tiramisu dan green tea.
Selain rasanya yang nendang, harganya pun terjangkau. Untuk satu kue balok harganya Rp3 ribu-Rp5 ribuan saja. Selain kue balok, ada juga ragam minuman, mulai dari kopi, aneka susu, es teh manis, bajigur, jahe merah, coklat panas, bandrek dan masih banyak lagi.
Kang Didin sendiri menyarankan untuk menikmati jajanan ini paling cocok dinikmati dengan kematangan kue balok setengah matang.
“Kalo yang setengah matang, tekstur rasa dan racikannya itu terasa sekali,” kata pemilik kedai Kue Balok di Jalan Abdul Rahman Saleh No. 52, Cicendo, Kota Bandung ini.
“Sekitar 90 persen yang nongkrong ditempat, pesan setengah matang, 10 persennya mungkin yang matang,” ucapnya.
Kedai Kue Balok Kang Didin biasanya ramai di hari Sabtu dan Minggu. Meski pengunjung yang datang saat ini tak seramai seperti sebelum pandemi. “Kalau sekarang kalah sama Covid, lagi rame-rame tau tau kita dibatasin, dibubarin,” katanya.
Sama seperti bisnis lainnya, ia mengaku mengalami penurunan omzet sekitar 40 persen.
Kue Balok Kang Didin sendiri merupakan usaha turun temurun yang telah berdiri sejak tahun 1950. Kang Didin menceritakan, usahanya ini berawal dari kakeknya, yaitu Rukmah.
Dulunya, kakeknya hanya berdagang dan menjajakan kue baloknya di Pasar Andir dan terkadang berkeliling.
Awalnya, kakeknya lah satu-satunya yang berdagang kue balok di Kota Bandung, bahkan menurutnya, kakeknya lah yang pertama kali menamakan kue itu dengan sebutan kue balok.
“Hanya orang-orang zaman dulu yang tau kue ini. Makanya kue ini disebut-sebut sebagai jajanan jadul tempo dulu,” ucapnya.
Kue balok awalnya adalah kudapan orang-orang Belanda dan lambat laun dijadikan menu sarapan orang Bandung. Teksturnya yang padat membuat perut cepat kenyang sehingga popularitas kue ini mengalahkan roti pada saat itu.
“Dulu tidak ada yang berjualan kue balok. Baru tahun 1999 sampai sekarang sudah banyak yang membuat kue balok,” ujarnya.
Pada tahun 1960, usaha ini digantikan oleh ayahnya. Kang Didin sendiri merupakan generasi ke-3 yang melanjutkan usaha dari sang ayah mulai tahun 2009.
Dindin kemudian menamai usahanya dengan nama ‘Kue Balok Kang Didin’ yang berasal dari namanya sendiri.
Awalnya, ia mengaku tak berfokus pada kue Balok, karena awalnya ia bekerja serabutan. Tetapi ia mempunyai keyakinan bahwa ia memang harus melakoni usaha peninggalan kakeknya.
Rahasianya adalah inovasi, sebab dulunya kue balok tidak sepopuler sekarang, barulah di tahun 2009 ia mulai menarik perhatian anak muda dengan ragam inovasinya.
Baca Juga: 14 Rekomendasi Tempat Makan Enak dan Hits di Bandung
Ia mulai menambahkan toping kekinian pada kue balok untuk merasakan sensasi kenikmatan yang berbeda dari kue balok biasanya.
“Kalo kita mau usaha kuliner kita harus sabar, tekun. Melihat orang lain sudah berjalan itu mudah. Tetapi dari awal merintisnya itu yang sulit,” imbuhnya.
Kang Didin mengatakan, ia juga merintis usaha dari awal hingga usaha kuliner kue baloknya bisa dikenal dan berjalan hingga saat ini.
“Karena kebanyakan orang yang berhenti di tengah jalan adalah karena masalah ia tidak sabar. Karena melihat orang sudah berjalan kok kita masih diam di tempat,” kata Kang Dindin yang saat ini sudah menginjak usia 63 tahun.
(Job/Wita)