RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Harga kacang kedelai mengalami kenaikan dan langka di pasaran. Produsen olahan semacam tahu dan tempe diminta untuk tidak melakukan mogok produksi.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat (Jabar), Eem Sujaemah mengatakan, kenaikan harga kacang kedelai terjadi sejak akhir tahun 2020 lalu.
Untuk mengatasinya, dinas, Satgas hingga Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menggelar operasi pasar.
Hanya saja diakui, kebijakan operasi pasar belum dapat memenuhi permintaan produsen yang tinggi.
Pada sisi lain, kacang kedelai masih mengandalkan impor negara luar, salah satunya Amerika Serikat, saat ini kondisi ketersediaannya terkendala karena belum masuk masa panen.
“Perdagangan importir lagi susah, Amerika sebagai importir lagi banyak permintaan. Kedelai di kita ada, tidak langka namun harganya mencapai Rp10.500 sampai Rp10.700/kg,” ucap Eem, Kamis (27/5).
Sebelumnya, Paguyuban produsen tahu dan tempe Jawa Barat membuat surat pernyataan berisi rencana mogok produksi selama 28-30 Mei 2021.
Selain itu surat itu berisi permintaan terhadap pemerintah agar memberikan kebijakan yang jelas mengenai permasalahan ketersediaan kacang kedelai.
Soal surat edaran mogok produksi tersebut, Eem memastikan Gakoptindo sendiri tidak memerintahkan hal yang sama.
Hanya saja, secara individu produsen, ia tidak menampik bisa saja ada yang mengikuti instruksi mogok produksi.
Baca Juga: Produsen Tahu-Tempe Terimbas Kenaikan Harga Kedelai, Begini Respons Disperindag Kab. Bandung
Namun, dibandingkan mogok produksi yang dampak buruknya akan lebih banyak, para produsen ia sarankan untuk ikut menaikkan harga jual olahan kacang kedelai.
“Kalau (harga) tahu tempe naik 30 persen, itu tidak akan jadi masalah,” imbuhnya.