RADARBANDUNG,id, BANDUNG – Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil tidak mengizinkan adanya perayaan Tahun Baru 2021 di Jawa Barat yang berpotensi dapat menimbulkan kerumunan.
Emil- sapaannya, mengatakan bahwa pelarangan itu berkaca pada evaluasi libur panjang akhir Oktober lalu.
Saat itu, terjadi peningkatan kasus positif Covid-19 yang ia nilai signifikan. Kata Emil, pelarangan perayaan Tahun Baru ini pun merupakan hasil kesepakatan sejumlah kepala daerah.
“Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama komite penanggulangan Covid-19 bersepakat dengan gubernur lain bahwa tidak mengizinkan perayaan tahun baru yang punya potensi keriuhan keramaian yang membahayakan,” katanya di Gedung Sate, Senin (14/12). (Baca: Ridwan Kamil Larang Perayaan Tahun Baru di Jabar)
Kepala Disparbud Jabar, Dedi Taufik menyampaikan, evaluasi libur panjang Oktober lalu menunjukkan masyarakat banyak yang tetap berwisata meski telah menyampaikan imbauan tidak bepergian.
Pada sisi lain, kebijakan larangan wisatawan datang berada di tangan pemerintah kabupaten/kota. Hal ini pun termasuk pada penyelenggaraan acara tahun baru.
Pemprov Jawa Barat, kata Dedi, hanya akan memantau secara ketat agar tidak ada lonjakan kasus Covid-19.
Ada beberapa indikator yang membuat ia memprediksi ada pergeseran wisatawan saat libur tahun baru meski sudah dipersingkat.
Ia mencontohkan, saat libur Pilkada, tak sedikit masyarakat yang memanfaatkannya untuk pergi ke beberapa destinasi wisata.
Maka, beberapa wilayah potensial yang bisa menyebabkan kerumunan, seperti kawasan puncak, Kabupaten Bogor atau kawasan pantai akan pihaknya tinjau semua protokol kesehatannya.
Reservasi hotel kawasan tersebut saat libur akhir tahun sudah mencapai lebih dari 40 persen.
Baca Juga: 8 Daerah di Jabar Masuk Zona Merah, Termasuk Bandung
“Saya kunjungan ke Pangandaran dari 24 sampai 31 November memang ada kenaikan atau reservasinya bisa 40 persen kemudian juga reservasi kawasan puncak juga 40-50 persen,” sebutnya.
“Berarti kan pasti ada pergerakan pada 24 sampai 31 Desember. Kami akan memastikan semua protokol kesehatan berjalan baik, seperti pengurangan kapasitas dan lain-lain, tentu berkoordinasi dengan pemerintah setempat,” imbuh Dedi.
Baca Juga: 9 Persen Warga Jawa Barat Menolak Vaksinasi Covid-19
Upaya lain yang akan pihaknya lakukan menyiapkan sekitar 20 ribu alat tes Covid-19 yang akan disebar dan mempergunakannya untuk para pengelola industri wisata.
Selain membuat wisatawan nyaman, juga untuk mencegah klaster baru. Sehingga, pemulihan ekonomi tetap bisa berdampingan dengan pemulihan kesehatan.
“Beberapa bulan lalu kita sudah mengadakan rapid dan swab, jadi liburan panjang kemarin untuk para pengunjung wisata yang datang ke Jabar ada 26.700, nah sekarang kita siapkan 20 ribu untuk swab ya kita coba untuk ke pelaku industrinya,” pungkasnya.
(muh)