RADARBANDUNG.id, KABUPATEN BANDUNG – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking Kolam Retensi Andir dan lima polder di Kelurahan Andir, Baleendah, Kabupaten Bandung, Kamis (10/12/2020).
Turut mendampingi gubernur dalam groundbreaking unsur Forkopimda Jabar, Direktur Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA) Kementerian PUPR Jarot Widyoko, dan Bupati Bandung Dadang M. Naser.
Adapun pembangunan kolam retensi pada lahan seluas 4,85 hektare (Ha), luas daerah tangkapan air (catchment area) 148,78 Ha, luas genangan 2,75 Ha, serta volume tampungan hingga 137,500 meter kubik (m³).
Dalam proyek ini, ada juga pembangunan lima polder: (1) Polder Cipalasari-1 dengan catchment area seluas 29,79 Ha dan volume tampungan 1.125 m³.
(2) Polder Cipalasari-2 (catchment area 11,79 Ha dan volume 1.125 m³).
(3) Polder Cijambe Barat (catchment area 78,20 Ha dan volume 1.125 m³); (4) Polder Cijambe Timur (catchment area 58,60 Ha dan volume 1.125 m³).
Dan (5) Polder Cisangkuy (catchment area 7,85 Ha dan volume 450 m³).
Menurut Emil – sapaan Ridwan Kamil, pembangunan kolam retensi dan polder upaya bersama pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR untuk mengatasi banjir, khususnya Kab. Bandung.
-
Anggaran Rp141 miliar dan target selesai Desember 2021
Anggaran pembangunan kolam retensi Andir dan lima polder ini sekitar Rp141 miliar dan target selesai Desember 2021.
“Mudah-mudahan Oktober 2021 selesai (lebih cepat), sehingga kalau ada potensi banjir akhir tahun depan itu bisa berkurang,” katanya.
Emil menjelaskan, air pada kolam retensi nantinya bisa dipompa ke Sungai Citarum dan diolah Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur untuk berbagai keperluan, dari sumber air bersih hingga pembangkit listrik.
Emil juga berharap agar keberadaan kolam retensi bisa bermanfaat secara ekonomi, termasuk menghadirkan area rekreasi atau pariwisata.
“Saya inginnya setiap kolam retensi itu juga ada peluang pariwisatanya. Jangan hanya tempat air, tapi kalau bisa ada sebuah gagasan agar orang bisa berekreasi,” ucapnya.
“Jadi kita akomodir bisa (manfaat) secara ekologis berhasil, sekaligus juga ekonominya,” tuturnya.
Selain itu, upaya lain dalam mengurangi potensi banjir Kab. Bandung, lanjut Emil adalah pembangunan Sodetan Cisangkuy dan telah beroperasinya Terowongan Nanjung sepanjang 230 meter akhir 2019.
Sodetan Cisangkuy sendiri, akunya, mampu mengalirkan air kurang lebih 220 m³ per detik dan saat ini proses pembangunan memasuki tahap akhir.
Untuk membantu mengendalikan aliran sungai, sehingga tidak menimbulkan banjir di kawasan Baleendah dan Dayeuhkolot.
Baca Juga: Luas Kolam Retensi Andir Belum Ideal
Meskipun masih terjadi banjir di kawasan tersebut, sodetan ini akan mengurangi secara signifikan baik dari sisi genangan air maupun waktu genangan.
“Mudah-mudahan dari tahun ke tahun kita bisa mengurangi (banjir), termasuk secara ilmiah Terowongan Nanjung itu mengurangi dari 100 persen rutinitas banjir tinggal 25 persen,” akunya.
Baca Juga: Tahun Ini, BBWS Citarum Fokus Bangun Kolam Retensi Andir dan 5 Polder Baleendah
“Jadi, memang tidak bisa menghentikan 100 persen (banjir), tapi mengurangi volume (banjir), tidak berhari-hari (terjadi banjir) seperti dulu,” tambahnya.
Emil menegaskan, pemerintah tidak hanya menangani banjir Kab. Bandung, tetapi juga Bogor-Depok-Bekasi (Bodebek).
Berbagai upaya, termasuk menerapkan pola Citarum Harum untuk penanganan Sungai Cilamaya dan Cileungsi.