RADARBANDUNG.ID, BANDUNG – Sabtu, 8 September 2018, Fajar Maulana (14) anak ketiga dari Solihin (47) terbunuh di wilayah Dangdeur, Sentrasari.
Nahas, hingga saat ini Polsek Sukasari yang mendapatkan laporan tak kunjung memberikan perkembangan sama sekali kepada Solihin.
Kronologi dimulai sekitar pukul 21.30 WIB, Fajar dijemput sama kedua temannya, Yadi dan Ujang. Saat ditanya, Fajar menjawab ingin hanya kulineran.
Mereka pun pergi, lalu tak lama sekitar pukul 00.30 WIB ada kabar dari teman Solihin, bahwa Fajar mengalami kecelakaan.
Saat dijemput di wilayah Dangdeur, Sentrasari-Sukajadi, Fajar sudah tergeletak tak sadarkan diri.
Fajar pun dibawa oleh Solihin ke dokter 24 jam di Kecamatan, sempat dalam perjalanan Fajar mengalami muntah-muntah. Namun, dokter tersebut mengatakan tak bisa menanganinya sehingga dibawa ke RS Salamun dan mendapatkan perawatan CT Scan yang menunjukan korban telah pecah tempurung.
Namun, lagi-lagi dokter di RS Salamun tak bisa melakukan pengoprasian pecah karena kurangnya alat. Solihin kemudian membawa Fajar ke RS Hasan Sadikin, namun Fajar kembali ditolak untuk proses pengoprasian mengingat Solihin hanya menunjukan BPJS.
“Alasannya karena BPJS hanya untuk sakit dan bukan peruntukan kejadian kecelakaan jalan,” ujar Solihin saat ditemui di kediamannya, di Jalan Cibogo, Sukajadi, Sabtu (29/6/2019).
Namun, tak lama berselang ia mendapatkan kabar dari Rumah Sakit bahwa Fajar telah mengalami koma dan Minggu, 9 September 2018, pukul 22.00 WIB, Fajar meninggal dunia.
Sehingga, Solihin pun langsung bertindak dengan melakukan proses pelaporan ke Polsek Sukasari. Kemudian, datang anggota Polisi bernama Toto beserta jajarannya meminta untuk melakukan otopsi.
“Saya gak tau gunanya otopsi itu untuk apa, tapi ternyata setelah dijelaskan untuk mengungkap kasus pembunuhan anak saya, agar memudahkan proses pengungkapan pelaku,” bebernya.
Kemudian, Senin, 10 September 2018, sekitar pukul 10.00 WIB Fajar pun dimakamkan.
Tiga hari berselang, Solihin pun kembali mendatangi Mapolsek Sukasari meminta kejelasan perkembangan kasus, namun pihak polsek mengatakan tidak ada titik terang.
Lalu, Solihin diberikan surat dari kepolisian yang menyatakan masih nol atau belum ada perkembangan. Tak kunjung mendapatkan kabar, Solihin pun kembali mendatangi Mapolsek Sukasari pasca40 hari Fajar meninggal. Kembali, Solihin pulang dengan harapan kosong.
“Alasannya karena ketiga saksinya (Yadi, Ujang dan Fadli) gak singkron, saya pun pulang dengan surat yang kedua,” tuturnya.
Padahal, ujar Solihin, mereka bertiga berada di lokasi yang sama dengan Fajar. “Sejak dijemputnya Fajar dari rumah hingga saya datang menjemput lagi anak saya yang sudah tak sadarkan diri mereka masih disana,” jelasnya.