RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Dorong generasi muda untuk mengambil peran strategis dalam mewujudkan sistem pangan berkelanjutan, di tengah ancaman krisis pangan global dan dampak perubahan iklim yang semakin nyata.
Langkah tersebut ditandai dengan penyelenggaraan kegiatan edukatif, Peran Pemuda Menyongsong Ketahanan Pangan Menuju 2045 di kawasan Ciumbuleuit, Kota Bandung, Kamis (24/4/2025). Acara ini merupakan kelanjutan dari program untuk meningkatkan keterlibatan pemuda dalam sistem pangan berkelanjutan di Kota Bandung milik Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung yang difokuskan pada pelibatan pemuda.
Subkoordinator Pembinaan Sumber Daya Pemuda dan Pendidikan Karakter Dispora Kota Bandung, Iwan Sopha menyatakan keterlibatan pemuda dalam isu pangan adalah pendekatan baru yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan masa depan.
“Biasanya pemuda aktif di isu lingkungan, seni, atau hukum. Tapi pangan? Ini pertama kalinya kita dorong mereka untuk terjun langsung. Ini soal kepedulian dan peran aktif mereka terhadap isu ketahanan pangan,” ujar Iwan di kawasan Ciumbuleuit, Kota Bandung, Kamis (24/4/2025).
Iwan menjelaskan kegiatan bertujuan membekali pemuda dengan pengetahuan praktis tentang sistem pangan berkelanjutan, termasuk cara berkontribusi meskipun tidak memiliki lahan pertanian.
“Kota Bandung memang terbatas lahannya, tapi kita bisa belajar dari negara Singapura yang mengembangkan urban farming secara masif. Yang penting adalah kemauan dan ilmunya,” tambahnya.
Sementara itu dari komunitas Sinergantara, Hari menyoroti tingginya ketergantungan pangan Kota Bandung terhadap daerah luar. Berdasarkan data komunitas, sekitar 96 persen kebutuhan pangan Bandung dipasok dari luar kota.
“Kita ingin membangun kesadaran pangan bukan hanya soal makan, tapi soal sistem. Mulai dari produksi, distribusi, hingga konsumsi yang bertanggung jawab,” ujar Hari.
Menurut Hari, pemuda kota dan petani muda di desa harus saling terhubung. Keduanya memiliki peran krusial dalam menjaga keberlangsungan sistem pangan nasional.
“Pemuda kota tidak bisa makan tanpa petani, dan petani tidak bisa bertahan tanpa konsumen. Hubungan ini harus dibangun dengan kesadaran kolektif,” tegas Hari.
Hari menjelaskan semua menjadi bagian dari program Urban Future yang saat ini dijalankan di Bandung. Program tersebut menitikberatkan pada tiga fokus utama, pelibatan pemuda, penguatan sistem pangan berkelanjutan, dan mitigasi perubahan iklim.
Hari menambahkan ekosistem pangan di Bandung sejatinya telah terbentuk, dengan keberadaan UMKM pangan, restoran, pasar, hingga gerakan urban farming. Namun, kesadaran untuk melihatnya sebagai satu sistem yang terintegrasi masih perlu ditumbuhkan.
“Yang kita lakukan sekarang adalah menyatukan titik-titik itu menjadi sistem pangan yang sadar, mandiri, dan inklusif,” tambah Hari.
Iwan Sopha pun menambahkan pemerintah berharap kegiatan ini mampu menumbuhkan kesadaran kolektif keterlibatan pemuda dalam isu pangan bukan sekadar tren, melainkan bagian dari tanggung jawab bersama menuju ketahanan pangan nasional di masa depan.(dsn)