News

Dari Hutan Gunung Galunggung Tasikmalaya, 75 Perempuan Peserta EIGER WJSC 2025 Berlatih Survival

Radar Bandung - 24/04/2025, 12:54 WIB
AY
Ali Yusuf
Tim Redaksi

RADARBANDUNG.id- Sejuk udara di kaki Gunung Galunggung, Desa Sukamukti, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya menjadi latar yang menyambut 75 orang perempuan asal berbagai daerah di Indonesia.

Selama tujuh hari mulai 21-27 April 2025, EIGER Adventure mengundang perempuan dengan berbagai latar belakang, untuk belajar kelimuan dan praktek bertahan hidup di alam terbuka dalam agenda bertajuk EIGER Women Jungle Survival Course (WJSC) 2025.

Mulai dari ibu rumah tangga, karyawan, guru, mahasiswi usia 18-35 tahun mewakili Eigerian asal Indonesia Barat sampai Indonesia Timur, menempuh ratusan hingga ribuan kilometer ke lokasi WJSC 2025.

Hutan tropis Gunung Galunggung akan menjadi medan berlatih selama berhari-hari, bercengkerama dengan alam tropis sekaligus berlatih mengasah bekal, mental dan kepercayaan diri dalam kondisi survival di alam terbuka.

Dini Hanifah, Kepala Sekolah EIGER WJSC 2025 mengatakan, agenda ini diselenggarakan rutin tahunan oleh EIGER, sebagai bagian dari kelas survival yang diberikan untuk Eigerian (konsumen EIGER) di seluruh Indonesia.

Rangkaian kelas dan praktek digelar langsung di dalam hutan. Seluruh peserta WJSC 2025 akan dibekali ilmu mengenai survival, mulai dari membuat shelter sebagai tempat perlindungan, tali temali, navigasi darat, medis dan psikologi dalam survival, membuat api dan perapian, menggunakan pisau, botani dan zoologi dasar, mendapatkan air, membuat jerat, sampai berburu dan mengolah hewan di alam terbuka.

“Kegiatan ini memliki tujuan untuk membangun dan memperkuat mental para pendaki dan petualang muda di Indonesia, khususnya perempuan. Dengan demikian, mereka bisa menjadi perempuan tangguh yang mampu survive di berbagai lini kehidupan. Momen tahun ini bertepatan dengan perayaan semangat Kartini pada 21 April 2025,” ungkap Dini Hanifah.

Tak hanya tentang bertahan hidup di alam terbuka, para peserta yang berasal dari berbagai daerah-termasuk paling jauh dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat sampai Lombok ini juga dibekali dengan materi psikologi di alam terbuka.

“Salah satu kunci bertahan hidup di alam terbuka adalah tentang mental diri, melatih kepercayaan diri, mengontrol diri dalam kondisi survival, sehingga tidak bingung dan panik harus melakukan apa. Mental survival pun sangat berguna untuk melewati berbagai problem dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Dini.

Djukardi “Bongkeng” Adriana, Senior Advisor EIGER Adventure Service Team (EAST) sebagai penggagas agenda WJSC ini mengatakan, ramainya dunia pendakian hari ini menimbulkan kekhawatiran terkait dengan keselamatan para pendaki. Ia sebagai bagian dari lembaga EAST, tim otonom di EIGER yang memiliki tugas mengembangkan kegiatan di alam terbuka seperti pendidikan atau pelatihan, memastikan bahwa agenda seperti WJSC bisa berlangsung rutin, dikhususkan untuk para pendaki atau petualang muda.

Senior petualang berusia 74 tahun yang akrab disebut Kang Bongkeng ini bercerita, banyak pendaki pemula yang mulai mencoba kegiatan di alam terbuka, namun tidak berbekal pengetahuan yang cukup, akhirnya banyak terjadi kecelakaan karena tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman teknik hidup di alam terbuka.

“Saya berharap pendakian di Indonesia semakin banyak yang menyenangi karena mendaki gunung memberi banyak makna dan manfaat, namun yang harus diperhatikan adalah gunung atau alam terbuka tetap mengandung bahaya dan mengundang bahaya, bekal pengetahuan dan mental bertahan hidup di alam sangat diperlukan,” ungkap Kang Bongkeng.

Salah satu peserta WJSC 2025 asal Kota Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara bercerita, ia harus menempuh perjalanan tiga hari dua malam ribuan kilometer menggunakan kapal laut dan jakur darat untuk mencapai Gunung Galunggung di Tasikmalaya. Ia mengaku, lelahnya terbayarkan lunas ketika tiba di lokasi.

“Lelah dalam perjalanan sudah pasti dirasakan. Rumah saya jauh di Baubau, Suawesi Tenggara. Namun ketika tiba di sini, keinginan saya untuk belajar survival di alam terbuka difasilitasi penuh oleh tim EIGER. Apalagi di sini pun kami dilatih untuk memahami psikologi diri dan mental, karena dalam bertahan hidup di alam, bukan hanya tentang ilmu dan fisik, namun berlatih mental juga sangat penting,” ungkap Wa Ode Alya, salah satu peserta dengan domisili terjauh yang mengikuti WJSC 2025.

EIGER Adventure melalui berbagai kegiatan seperti Women Jungle Survival Course 2025 berkomitmen untuk terus menyediakan ruang untuk belajar dan berlatih bersama Eigerian dari seluruh Indonesia. Selaras dengan nilai-nilai yang sejak 35 tahun terakhir dipegang teguh, untuk alam, manusia dan Indonesia. ***