RADARBANDUNG.ID, SOREANG – Gempa bumi dengan magnitudo 2,6 mengguncang wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Jumat (11/4/2025) pukul 14.15 WIB.
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah II mencatat pusat gempa berada pada koordinat 7,88 Lintang Selatan dan 107,24 Bujur Timur, sekitar 100 kilometer barat daya Kabupaten Bandung, dengan kedalaman 30 kilometer.
BMKG menyebutkan bahwa gempa tersebut tergolong ringan dan tidak menimbulkan dampak signifikan. Berdasarkan Skala Intensitas MMI (Modified Mercalli Intensity), getaran kemungkinan hanya dirasakan oleh sebagian orang dalam kondisi tertentu.
Hingga saat ini, belum ada laporan kerusakan maupun dampak lanjutan akibat gempa tersebut.
Meski begitu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung mengingatkan bahwa wilayah tersebut masih memiliki potensi terjadinya bencana gempa bumi.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Uka Suska Puji Utama, menjelaskan bahwa secara geologis, Kabupaten Bandung berada pada zona pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik, yang terus mengalami pergerakan setiap tahunnya.
“Dampak dari pergerakan dua lempeng samudra dan satu lempeng benua itu tidak menutup kemungkinan terjadinya gempa bumi megathrust atau gempa berkekuatan besar,” ujar Uka, Jumat (11/4).
Menurutnya, hingga kini belum ada teknologi yang mampu memprediksi secara pasti kapan gempa megathrust akan terjadi. Alat yang dimiliki saat ini hanya dapat mendeteksi lokasi, kedalaman, dan kekuatan gempa setelah kejadian berlangsung.
Selain itu, Uka juga menyebutkan bahwa potensi gempa bumi di Kabupaten Bandung tidak hanya berasal dari pergerakan lempeng tektonik, tetapi juga dari aktivitas Sesar Lembang.
Sesar ini membentang dari kawasan Gunung Tangkuban Parahu hingga wilayah Cimenyan, Cilengkrang, dan Cileunyi di Kabupaten Bandung.
“Pergerakan Sesar Lembang ini harus diwaspadai karena berdasarkan penelitian sejumlah pihak, dapat memicu gempa bumi berkekuatan besar. Ini bukan untuk menimbulkan ketakutan, melainkan sebagai bentuk kesiapsiagaan seluruh komponen masyarakat,” tambahnya. (kus)