FGD Moderasi Beragama, Upaya Perkuat Kebhinekaan



RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Para Santri Jawa Barat yang tergabung dalam Forum Santri Jawa Barat (FSJ) bersama Kakanwil Kemenag Jabar menggelar FGD Penguatan Moderasi Beragama dengan tema “Moderasi Beragama sebagai Penguatan Kehidupan Kebhinekaan”.
Acara yang digelar di Ponpes Nurul Iman, Cibaduyut Wetan, Kecamatan Bojongloa Kidul, ini menghadirkan pembicara dari Forkopimda Jabar, Kanwil Kemenag Jabar serta dari FKUB Jabar.
Pada sambutannya, Bey Triadi Machmudin, Penjabat Gubernur Jawa Barat yang dibacakan oleh Kepala Biro Kesra Pemprov. Jabar Faiz Rahman, menyatakan dukungannya terhadap kegiatan yang diinisiasi para santri. Sebab, moderasi beragama adalah untuk menyamakan cara pandang masyarakat terkait perbedaan agama.
“Ini harus terus disosialisasikan agar masyarakat memiliki cara pandang yang sama menyikapi perbedaan (beragama) sehingga radikalisme ekstrimisme bisa dibendung,” ucap Faiz.
Faiz berpandangan, pemahaman terkait moderasi beragama harus mulai ditanamkan sejak usia dini, seperti yang dilakukan kepada para santri. Sehingga, ke depannya mereka akan menjadi katalisator yang memberikan solusi dari sebuah persoalan, khususnya terkait agama.
“Pemahaman moderasi beragama inilah cara pandang yang benar agar radikalisme dan ekstrimisme tidak terjadi di masyarakat,” pungkas Faiz.
Sementara itu, Moh. Puad Syafi’i, selaku Ketua FORUM SANTRI JABAR (FSJ) mengatakan bahwa kegiatan ini sangat penting dilakukan sebagai bentuk komitmen para santri Jabar dalam menciptakan suasana kondusif menghadapi tahun politik mendatang, mengingat santri sebagai salah elemen penting dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), selain itu santri juga tercatat dalam sejarah sebagai salah satu elemen pejuang kemerdekaan.
“Hari ini merupakan momen yang luar biasa, momen yang bersejarah, bahwa santri yang ada di Jawa Barat sudah mendeklarasikan untuk hidup damai, hidup rukun, hidup penuh toleransi, dan hidup penuh moderasi’, ujar Moh. Puad Syafi’i.
Pembicara lainnya, Dr. Ayi Yunus Rusyana, tim Ahli FKUB Provinsi Jabar, berpendapat Berdasarkan survei BNPT dan BIN bahwa 85 % Generasi milenial rentan terpapar paham radikal, dimana rentan usia 17- 24 tahun adalah target utama dalam perekrutan dan penyebaran ideologi terorisme, potensi radikalisme yang lebih tinggi di kalangan perempuan.
“Dengan hasil survei tersebut kita dinyatakan untuk mewaspadai pergerakan speed of radikali season di dunia maya tidak hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia, implementasi dari pelaksanaan kegiataan penguatan moderasi beragama untuk menjaga toleransi dan mewujudkan kerukunan antar umat beragama khususnya di Jawa Barat, sekaligus sebagai upaya menangkal paham radikalisme dan Ideologi Teroris,” ucap dia.
H.Ali Abdul Latif, Kabag TU Kemenag Jabar mewakili Kepala Kanwil Kemenag Jabar menyebutkan Indonesia bukan negara sekuler yang memisahkan agama dari negara bukan pula negara yang diatur berdasarkan agama tertentu.
“Indonesia adalah negara yang kehidupan warganya dan bangsanya tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai agama karena negara memfasilitasi kebutuhan kehidupan keagamaan warganya Sesuai dengan amanat konstitusi,” terang dia.
Indikator moderasi beragama di antaranya cinta tanah air mengembalikan nilai-nilai konsensus berdirinya NKRI sebagai sebuah kesepakatan bersama, toleransi nilai dari pengamalan prinsip berbeda tapi (Bhinneka Tunggal Ika), Anti Kekerasan mengedepankan akomodatif terhadap kearifan lokal lokal sebagai sebuah nilai luhur bangsa dan Kerukunan umat beragama pilar bangsa yang aman dan damai. (dbs)