RADARBANDUNG.id- Ketua Umum Kowani, Dr. Ir. Giwo Rubianto M.pd menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas banyaknya korban, terutama korban perempuan dan anak dalam bencana gempa bumi yang terjadi di Cianjur.
Gempa yang terjadi pada hari Senin, 21 November 2022 pada pukul 13:21 WIB yang berpusat di 10 km arah barat daya dari Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dengan kedalaman gempa 10 km mengakibatkan 151 orang ‘hilang’, 268 orang meninggal dan 1.083 orang yang terluka, menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada selasa sore, 22 November 2022.
Kowani tergerak untuk meninjau dan memberikan bantuan langsung berupa makanan siap saji untuk korban gempa di Cianjur, pada Rabu (23/11). Dimana BNPB juga mencatat ada 58.362 orang yang mengungsi di berbagai wilayah di Kabupaten Cianjur dan sekitarnya.
Sebagai pimpinan organisasi federasi perempuan tertua dan terbesar di Indonesia dengan 102 organisasi anggota dan 90 juta anggota perempuan di seluruh Indonesia serta merupakan bagian dari Internasional Council of Women (ICW), Giwo juga meminta perhatian khususnya pada perempuan dan anak-anak agar tetap mendapatkan perlindungan pada saat bencana.
“Karena yang menghawatirkan, saat situasi bencana, para korban disatukan dalam satu tenda penampungan, baik laki-laki maupun perempuan serta anak. Harapannya, perlu ada pemisahan antara tenda perempuan dan anak, dengan tenda laki-laki,” ujarnya.
Selain itu dari segi pendidikan, Kowani yang mengemban amanah sebagai Ibu Bangsa sejak 1935 untuk mempersiapkan dan mendidik generasi penerus bangsa juga sangat berharap agar pendidikan anak jangan sampai terputus meski pada situasi bencana.
“Karena bagaimanapun pendidikan itu penting dan utama untuk dapat terus berkembang menyesuaikan segala kebutuhan zaman,” ucap Giwo.
Kepada Pemerintah melalui Kemendikbudristek agar dapat mengambil langkah strategis untuk membantu kelangsungan pendidikan di lokasi bencana.
Menurutnya, upaya ini bisa dilaksanakan dengan mendatangkan para guru ke tenda-tenda penampungan agar proses pendidikan dapat terus berlanjut. “Penyembuhan trauma bagi korban bencana juga patut untuk mendapatkan perhatian,” imbuhnya. (*/sol)