RADARBANDUNG.id, CIMAHI- Di tengah isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi pertalite dan solar, pemerintah memberikan BLT BBM kepada masyarakat. Hal itu dianggap emak-emak di Kota Cimahi kurang efektif.
Seorang warga Cimahi, Heni (45) mengatakan, meski kenaikan BBM belum terjadi, harga-harga yang sudah cukup tinggi saat ini membuatnya harus bersiasat dalam mengelola keuangan.
Sebagai seorang buruh pabrik dengan penghasilan yang tidak seberapa, dipastikan pengeluarannya akan semakin membengkak jika harga BBM naik.
Baca Juga: Jelang Harga Pertalite dan Solar Naik, Pemerintah Cairkan BLT BBM
“Sekarang gaji hanya Rp2 juta, kalau dipotong pengeluaran bensin sebulan akan mengeluarkan Rp 600 ribu. Sisanya untuk menghidupi anak, sulit untuk menabung. Bagaimana kalau nanti naik, akan semakin membuat pusing,” ucapnya, Kamis (1/9).
Menanggapi soal BLT BBM berupa uang tunai yang akan diberikan kepada masyarakat, menurutnya, kalau nantinya harga BBM naik tetap akan berdampak pada pengeluaran yang besar.
Baca Juga: Harga BBM 1 September: Pertalite Masih Rp 7.650, Non Subsidi Turun
Menurutnya, dampak kenaikan harga BBM juga akan berimbas kepada kebutuhan pokok. Hal tersebut ditakutkan akan semakin membuat masyarakat miskin sepertinya semakin susah bertahan hidup.
“Kenaikan harga BBM biasanya akan berimbas kepada harga kepokmas, yang otomatis uang bansos tidak menutup pengeluaran kehidupan,” tuturnya.
Karenanya, ia berharap kenaikan BBM tidak terjadi dan pemerintah bijak melihat dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat. “Lebih baik harga BBM tidak dinaikan. Belum dinaikan saja sudah sulit,” pungkasnya. (kus)