RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap pengangguran dan peralihan pekerja sektor formal menjadi informal.
Pemerintah memiliki pekerjaan rumah untuk menyelesaikan permasalahan dengan lapangan pekerjaan.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Barat, Rachmat Taufik Garsadi mengatakan, data BPS Agustus 2020 dampak dari Covid-19 bukan hanya yang menganggur atau dirumahkan.
“Ternyata komposisi yang formal dan informal. Kalau tidak salah ada 5,6 juta pekerja kita yang berubah formatnya menjadi informal,” ujarnya usai pembukaan Sekolah Cukur, Gg Mesjid I, Kelurahan Babakan Surabaya, Kiaracondong, Sabtu (16/1/2021).
“Sehingga ini jadi perhatian bagaimana kita melindungi mereka,” sambungnya.
Penyelesaian masalah ini tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Perlu kolaborasi banyak pihak.
Ia mencontohkan pendirian Sekolah Cukur inisiasi anak muda bisa menjadi salah satu solusi bagi masyarakat usia produktif yang ingin memiliki keahlian khusus.
Sekolah ini mendapat dukungan dari Hipmi Jawa Barat dengan investor Adivi Prasetio, Nando, Vergie dan Surya.
“Ini salah satu upaya membuka lapangan usaha baru yang biasa dianggap informal, tapi menurut saya ini formal, karena selama ini tukang cukur dianggap tidak punya kepastian bekerja dimana, tidak dianggap sebagai profesi,” ucapnya.
Ketua Hipmi Jabar, Surya Batara Kartika mengatakan organisasinya terlibat secara aktif dalam pemulihan ekonomi Jawa Barat.
Pendampingan bagi kadernya yang ingin membuat usaha dengan konsep menjaring banyak pekerja.
Khusus untuk Sekolah Cukur memiliki paket program pelatihan bagi masyarakat yang ingin memiliki keahlian untuk usaha.
“Mereka sudah siap dengan paket dan silabusnya, jaringannya juga ada ratusan barber di Indonesia, bukan hanya melatih tapi juga ada penempatannya, saya melihat ini program yang sudah komplit,” jelasnya.
“Kami akan dampingi sekaligus akan menghimpun CSR dari pengusaha anggota HIPMI supaya nanti peserta yang masuk ke sekolah cukur ini bisa bebas biaya, mendapat bantuan modal sehingga bisa memberikan dampak dalam pemulihan ekonomi,” lanjutnya.
Armor Toreador selaku CEO Sekolah Cukur menyebut latarbelakang pembukaan tempat ini banyaknya pengangguran saat masa pandemi Covid-19. Ia berharap fasilitas bisa masyarakat maksimalkan.
“Sekolah cukur ini untuk atasi masalah (pengangguran), mereka nanti punya keahlian bisa siap kerja, bahkan ketika tidak punya modal dengan keterampilan itu mereka bisa membuka cukur panggilan karena punya skill dan keterampilan,” terangnya.
“Kita bisa meluluskan 15 orang per dua minggu, jadi kalau dalam satu bulan itu bisa sekitar 30 orang, pengajarnya ada dua satu trainer dan asisten,” katanya lagi.
Setiap murid akan mendapat bekal teori mengenai rambut dan tren yang sedang berkembang. Lalu, kesempatan mengaplikasikannya dengan praktik.
Proses pendaftaran dengan menghubungi akun Instagram @Sekolahcukur, lalu, syarat pendaftarannya hanya photo copy KTP, pas foto dan keterangan sehat Covid-19.
Ada tiga paket dengan harga Rp 2,5 juta hingga Rp 7 juta. Setiap murid akan mengikuti proses pembelajaran selama dua pekan penuh.
(fid)