Ketiga, di balik penggunaan batasan ukuran yakni 30×30 sentimeter pada dasarnya adalah tantangan sekaligus metaphor yang terbuka. Dalam batasan itu, setiap perupa yang terlibat harus mereduksi ego dan berupaya memaknai kembali cara pandang atas bidang gambar tidak berdasar skala.
Secara umum, hamparan karya-karya ini hadir dan menyapa kita dengan bahasa personal dan ekspresi yang berbeda.
Baca Juga:
Chaseiro All Stars Regenerasi Kelompok Musik Lawas
Hijabers, Ternyata Ini Hijab yang Masih Jadi Tren dan Favorit di Bandung
“Art for the Earth adalah alarm yang menginterupsi dan mengajak kita untuk segera meraih kesadaran (kolektif) baru untuk lebih peduli pada bumi dan semesta,” imbuhnya.
Perupa, Eva Febrianti menggambarkan kondisi hutan di Indonesia lewat lukisan berjudul ‘Hopes’. Dibuat tahun 2020, diatas kanvas Eva menggoreskan kuasnya menjadi gambaran humanis.
Digambarkan dua buah jamur yang tetap hidup dengan seorang anak kecil dan peliharaan kelincinya. Naasnya, dibelakang jamur itu terjadi kebakaran hutan hebat.
Permalasahan lingkungan juga diangkat Yoga Bege dengan karyanya yang berjudul ‘Tebang Pohon Tanam Beton’. Sesuai judulnya, kondisi hamparan tanah yang seharusnya penuh pepohonan kini diganti dengan bangunan beton, membuat kondisi semakin gersang.
(fid/radarbandung.id)