RADARBANDUNG.id, CIMAHI – Sebagian masyarakat Kota Cimahi ternyata masih ada yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS), seperti langsung ke aliran sungai, bukan ke septic tank.
Berdasarkan data, jumlah pelakunya mencapai 146.081 jiwa atau 27,27 persen dari total penduduk Cimahi yang mencapai 535.685 jiwa. Sedangkan yang sudah mendapat akses sanitasi laik sebanyak 389.604 jiwa atau 72,73 persen.
Jika dirinci berdasarkan masing-masing RW, ada sekitar 208 RW atau 66,67 persen dari 312 RW di 15 kelurahan yang masyarakatnya masih sembarangan membuang hajatnya. Sedangkan jumlah RW yang sudah stop buang hajat ada 104 RW atau sekitar 33,33 persen.
Angka itu diambil dari data sanitasi yang terlintasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum di Kota Cimahi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi.
Wakil Walikota Cimahi, Ngatiyana mengatakan, keterbatasan lahan menjadi alasan masih belum maksimalnya cakupan akses sanitasi sehat untuk semua warga Cimahi.
“Secara umum di Cimahi itu kendalanya tak punya lahan apalagi di kawasan padat penduduk seperti Kelurahan Baros. Kita terus upayakan membuat MCK untuk warga,” ungkap Ngatiyana saat ditemui di Kelurahan Cibeber, Jalan Ibu Ganirah, Rabu (20/2).
Keterbatasan itu akhirnya berdampak pada peningkatan cakupan sanitasi bersih dan sehat yang saat ini baru mencapai 72 persen.
“Tahun 2018, jumlah penduduk Cimahi yang mengakses sanitasi laik baru 72 persen lebih, jadi harus ada peningkatan untuk tahun sekarang,” ujarnya. “Kelurahan Cibeber dan Cipageran akan menjadi percontohan program ‘stop buang air besar sembarangan’ lantaran cakupan akses sanitasi bersihnya sudah mencapai 99 persen.
“Untuk tahun ini ada dua kelurahan, Cipageran dan Cibeber. Targetnya tahun 2020 di Kelurahan Padasuka, 2021 Kelurahan Citeureup,dan tahun 2022 Kelurahan Cibabat. Semuanya bebas dari BABS,” tegasnya.