Smansa Bersatu Lawan Sengketa Lahan Sekolah

Suasana kelas di SMAN 1 (Smansa) Bandung kegiatan belajar siswa-siswi, Senin (10/3). (Foto. Diwan Sapta Nurmawan/Radar Bandung)

RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Seluruh warga SMAN 1 (Smansa) Bandung bersatu, siswa, guru, orang tua, hingga alumni, bersatu menyuarakan penolakan terhadap sengketa lahan yang mengancam keberlangsungan sekolah mereka. Mereka dengan tegas menyatakan Smansa bukan sekadar bangunan, melainkan simbol perjuangan, kebersamaan, dan masa depan pendidikan yang harus dipertahankan. Kesatuan suara ini menggema sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang dapat merusak masa depan generasi penerus.

Ketua OSIS SMAN 1 Bandung, Tarisha Oiqa Surya Putri menegaskan sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk berkembang dan meraih cita-cita. Tarisha menekankan Smansa bukan hanya sekadar tanah atau bangunan fisik, melainkan ruang bagi ribuan siswa untuk membentuk karakter, menimba ilmu, dan menciptakan inovasi.

“Kita di sini bersatu untuk mempertahankan Smansa. Sekolah bukan sekadar tanah yang bisa diklaim begitu saja. Ini adalah tempat kami belajar, berkarya, dan membangun masa depan, pendidikan adalah hak yang harus dijaga, dan segala bentuk ancaman terhadap sekolah harus dilawan bersama,” ujar Tarisha saat di sekolah, Jl. Ir H Djuanda, Kota Bandung, Senin (10/3/2025).

Rasa solidaritas ini juga disuarakan oleh Wakil Ketua OSIS, Klemens Azarya Ludwig Pram yang menilai sengketa ini menciptakan ketidakpastian bagi siswa. Klemens mengungkapkan kekhawatiran siswa semakin besar, terutama mengenai masa depan pendidikan mereka.

“Kita disini ingin tetap belajar dengan tenang tanpa harus khawatir kehilangan sekolah kami. Jika lahan ini diambil, ke mana kami akan pergi? Smansa adalah rumah kedua bagi kami,” tegas Klemens.

Baca juga: Smansa Bandung Terancam, Sekolah Minta Perlindungan Hukum

Klemens menegaskan situasi ini menimbulkan kecemasan yang nyata, di mana siswa hanya ingin menuntut ilmu tanpa diganggu oleh permasalahan hukum yang tak seharusnya terjadi.

Dukungan penuh datang dari para orang tua siswa, termasuk Imas Khotimah yang berharap pemerintah Provinsi Jawa Barat segera turun tangan untuk menyelesaikan konflik ini.

“Smansa memiliki hak pakai yang sah atas lahan ini sejak 1999. Kami meminta Gubernur Jawa Barat, Bapak Dedi Mulyadi, untuk membela hak pendidikan anak-anak kami. Smansa adalah sekolah unggulan yang telah mencetak banyak generasi berprestasi, dan kami tidak akan tinggal diam,” ujar Imas.

Imas juga menekankan pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan fasilitas pendidikan tidak terganggu oleh sengketa yang tidak berpihak pada kepentingan umum.

Siswa SMAN 1 Bandung, Galuh Sophia Mugiono menyoroti pentingnya mempertahankan identitas dan sejarah Smansa. Baginya, Smansa bukan hanya tempat belajar, tetapi juga wadah di mana para siswa membangun karakter dan komunitas.

“Sekolah ini lebih dari sekadar bangunan. Kami tumbuh dan belajar di sini, membangun persahabatan, dan merajut impian. Jika direlokasi, belum tentu kami mendapatkan lingkungan yang sama. Kami tidak akan menyerah,” ujarnya Sophia.

Sophia menambahkan relokasi bukanlah solusi yang tepat karena akan menghilangkan nilai historis dan ikatan emosional yang telah terbentuk selama bertahun-tahun.

Baca juga: Sengketa Lahan, Alumni Bergerak Kawal Hak Pendidikan

Orang tua siswa lainnya, Endin Suryadin, dengan tegas mempertanyakan keabsahan klaim atas lahan Smansa. Endin menyoroti ketidaklogisan dari klaim kepemilikan lahan yang muncul secara tiba-tiba.

“Bagaimana mungkin ada pihak yang tiba-tiba mengklaim tanah ini sebagai warisan Belanda? Kita sudah merdeka! Aset Belanda seharusnya menjadi milik negara dan tidak bisa digugat oleh siapapun. Kami mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan tegas dalam membela hak pendidikan anak-anak kami,” ungkap Endin.

Endin pun meminta agar pihak yang berwenang bertindak cepat, karena ketidakpastian ini bisa berdampak pada psikologis siswa yang tengah fokus menempuh pendidikan.

Siswa SMAN 1 Bandung, Galuh Sophia Mugiono menambahkan momentum bulan Ramadan ini semakin memperkuat persatuan keluarga besar Smansa. Doa dan dukungan terus mengalir dari siswa, guru, alumni, dan masyarakat sekitar.

Sophia percaya dengan kebersamaan dan tekad yang kuat, keputusan hukum akan berpihak pada kepentingan pendidikan.

“Smansa akan tetap berdiri kokoh, dan Smansa akan terus bertahan! Dengan semangat Smansa Bersatu yang terus membara, kita bertekad untuk melawan segala upaya yang mengancam keberlangsungan sekolah tercinta,” pungkas Sophia.(dsn)



Iklan RB Display B

Berita Terbaru

Iklan RB Display C




Berita Terkait Kota Bandung


Iklan RB Display D