RADARBANDUNG.ID, JAKARTA – Banjir parah di sebagian wilayah Jakarta dan Bekasi pada Selasa (4/3/2025) lalu disebabkan multifaktor.

Selain derasnya hujan di wilayah Bogor dan sekitarnya, penurunan muka tanah (land subsidence), perubahan tata guna lahan (land use change), serta kenaikan muka air laut menyumbang terjadinya banjir.
Analisis pemicu banjir Jakarta dan Bekasi itu disampaikan peneliti ahli madya dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Yus Budiono.
Baca Juga :Banjir di Petak Jalan Cibeber – Cianjur, Perjalanan KA Siliwangi Cuma Sampai Stasiun Cibeber
’’Penurunan muka tanah berkontribusi hingga 145 persen terhadap peningkatan risiko banjir (selengkapnya lihat grafis, Red),’’ katanya Sabtu (8/3/2025).
Dia melanjutkan, banjir di Jabodetabek beberapa hari lalu lebih dominan disebabkan fluvial flood alias luapan air sungai.
Skemanya, hujan terjadi lebih intens di bagian hulu sehingga air di sungai-sungai besar meluap.
Yus menyampaikan, untuk mengatasi banjir, BRIN telah melakukan berbagai riset dan inovasi.
Salah satunya adalah mengembangkan sistem informasi danau pada danau prioritas.
Berikutnya, sistem tersebut diterapkan untuk memetakan setu-setu atau danau kecil di Jakarta yang berfungsi sebagai tempat penampungan air sementara.
Baca Juga :Bupati Aep Dampingi Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Ngantor di Kabupaten Karawang
Mengenai sistem peringatan dini, BRIN telah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan sistem prediksi berbasis AI dan data real-time.
Termasuk dengan Bristol University, Inggris. Teknologi itu diharapkan bisa meningkatkan akurasi prediksi banjir serta memberikan peringatan lebih cepat kepada masyarakat.
Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Luki Subehi menambahkan, pengelolaan sumber daya air dan perubahan tata guna lahan di wilayah perkotaan sangat berkontribusi pada banjir.
Pemicu utama
Pengurangan luas hutan dan daerah resapan air di wilayah hulu, khususnya di sepanjang Sungai Bekasi dan Ciliwung, menjadi pemicu utama meningkatnya aliran air permukaan.
’’Banjir di Bekasi, misalnya, terjadi hampir setiap tahun. Sebab, daerah hulunya kurang mampu meresapkan air. Sementara daerah datarannya telah dipenuhi permukiman,’’ ungkapnya.
Pembangunan kawasan permukiman baru sering tidak diiringi sistem drainase yang memadai.
Segera keruk sungai
Menurut dia, langkah mitigasi yang perlu segera dilakukan adalah pengerukan sungai dan saluran air sebelum musim hujan tiba.
’’Di beberapa negara seperti Belanda, konsep room for water diterapkan dengan menyediakan kolam-kolam penampungan air di sekitar sungai,’’ katanya.
Ironisnya, yang justru di beberapa wilayah Jabodetabek, banyak area room for people yang dibangun menjadi permukiman.
Khususnya di sekitar aliran sungai. (wan/dri/jawa pos)