RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, turun langsung meninjau lokasi banjir pemukiman yang melanda kawasan Rancanumpang, Summarecon, hingga Perumahan Bandung Indah Raya, Riung Bandung. Banjir ini terjadi akibat Sungai Rancanumpang yang tidak mampu menampung debit air hujan, sehingga akibatkan genangan di permukiman warga serta sejumlah fasilitas umum.
Farhan mendatangi warga terdampak untuk memastikan kondisi mereka serta memberikan dukungan moril. Farhan mengunjungi SDN 216 Sondariah, yang turut terkena dampak banjir, dan menegaskan pentingnya memastikan anak-anak tetap bisa belajar meskipun berada dalam situasi darurat.
“Saya ingin memastikan besok anak-anak bisa sekolah. Kita akan bekerja agar mereka bisa kembali belajar dengan nyaman,” tegasnya usai meninjau lokasi, Jumat (7/3/2025) dini hari.
Farhan instruksikan Dinas Kesehatan untuk segera menangani warga yang mengalami gangguan kesehatan akibat banjir, seperti gatal-gatal, diare, dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
“Kesehatan warga harus menjadi prioritas. Saya sudah meminta Dinas Kesehatan untuk bergerak cepat dalam memberikan layanan medis bagi warga terdampak, terutama mereka yang mengalami gangguan kesehatan akibat banjir,” ujarnya.
Baca juga: Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi: Modifikasi Cuaca 10 Hari untuk Kurangi Risiko Banjir
Sementara itu Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) serta Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) diminta untuk segera melakukan langkah-langkah mitigasi serta penanganan darurat di lapangan guna meminimalisir dampak lebih lanjut dari bencana ini.
Farhan menyoroti pentingnya solusi teknis dalam menangani banjir yang kerap melanda kawasan ini. Salah satu fokus utama adalah optimalisasi kolam retensi yang telah dibangun oleh pengembang Summarecon.
“Cari solusi agar kolam retensi ini bisa berfungsi maksimal. Pemkot Bandung juga akan berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk memastikan perizinan dan regulasi dapat mendukung upaya penanganan banjir ini,” tegasnya.
Menurutnya, banjir di kawasan ini terjadi karena aliran sungai yang meluap dan terjebak di area permukiman yang berada lebih rendah dari ketinggian sungai. Oleh karena itu, perlu diterapkan solusi berbasis rekayasa teknik (engineering solution) untuk mencegah banjir serupa terulang di masa depan.
“Saya sudah menginstruksikan DSDABM untuk segera menyusun desain teknik yang bisa diterapkan sebagai solusi jangka panjang. Yang terpenting, semua pemangku kepentingan harus memiliki pemahaman yang sama mengenai akar permasalahan ini. Setelah itu, kita akan bergerak sesuai peran masing-masing untuk menyelesaikannya,” ungkapnya.
Baca juga: Dikepung Banjir, Wakil Ketua DPRD Jabar Ono Surono: Pemerintah Harus Bisa Mengembalikan Fungsi Hutan
Hujan dengan intensitas tinggi beberapa pekan terakhir menyebabkan sejumlah wilayah di Bandung, termasuk Rancabolang dan Gedebage, tergenang banjir selama lima hari berturut-turut. Warga RT 03 RW 03, Ningsih, mengungkapkan hingga Kamis (6/3/2025), banjir di wilayahnya belum juga surut secara signifikan.
“Belum ada surut sih, paling cuma beberapa sentimeter, sekitar 3 cm saja. Ini sudah hampir lima hari air masih menggenang,” ujar Ningsih.
Ningsih menilai lambatnya surut genangan air banjir pemukiman disebabkan oleh tertutupnya saluran drainase akibat proyek pembangunan di sekitar kawasan tersebut.
“Dulu ada saluran buangan air, tapi sekarang sudah tertutup karena banyak proyek pembangunan. Akibatnya, ketika hujan deras turun, air tidak bisa mengalir dengan baik dan menyebabkan banjir,” jelas Ningsih.
Ningsih menyoroti dampak proyek Kereta Cepat yang dinilai memperparah kondisi drainase di wilayahnya.
“Gorong-gorong di sekitar sini ketutup oleh jalur Kereta Cepat, jadi air tidak bisa mengalir seperti dulu,” tambah Ningsih.
Baca juga: Hujan Lumpuhkan Gedebage, Pengendara Terjebak Banjir
Seorang warga RT 03 RW 03, Yadi mengungkapkan meskipun banjir pemukiman saat ini mulai surut, ketinggian air sebelumnya sempat mencapai 70 cm.
“Sekarang sudah mulai surut, kalau kemarin hampir sampai lutut lebih, sekitar 70 cm. Sekarang sekitar 50 cm, jadi sudah turun sekitar 20 cm,” ujar Yadi.
Yadi mengungkapkan sejak adanya proyek Kereta Cepat, banyak saluran air yang tertutup, sehingga air tidak bisa dialirkan dengan baik.
“Dulu air bisa langsung mengalir ke Kabupaten Bandung, tapi sekarang banyak saluran yang tertutup oleh proyek Kereta Cepat, jadi air terjebak di sini,” ujar Yadi.
Menanggapi berbagai keluhan warga, Pemkot Bandung berjanji akan segera melakukan kajian menyeluruh terkait penanganan banjir di kawasan ini. Wali Kota Muhammad Farhan menegaskan solusi jangka panjang harus segera diterapkan agar banjir tidak terus berulang di masa mendatang.
Baca juga: Ancaman Banjir dan Upaya Mitigasi yang Masih Tertatih
“Kita harus mulai mencari solusi bersama. Yang terpenting adalah semua stakeholder harus menyamakan persepsi terhadap permasalahan ini. Setelah itu, kita akan bergerak sesuai dengan peran masing-masing untuk menyelesaikannya,” jelas Farhan.
Farhan menambahkan Pemerintah Kota Bandung juga berkomitmen untuk meningkatkan koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk pengembang dan pemerintah pusat, guna mencari solusi teknis yang tepat dalam menangani banjir di wilayah ini.
“Melalui berbagai langkah yang telah dan akan dilakukan, permasalahan banjir yang selama ini membuat khawatir warga dapat segera teratasi,” pungkas Farhan.(dsn)