RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Masalah sampah Kota Bandung semakin kompleks Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus berusaha mencari solusi konkret, sampah bukan sekedar teknologi namun tantangan terbesar justru ada di tingkat masyarakat. Tanpa kesadaran warga dalam memilah dan mengelola sampah dari sumbernya, inovasi teknologi sebesar apa pun bisa menjadi sia-sia dan percuma.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin menyoroti dampak nyata dari persoalan krisis sampah Kota Bandung. Erwin mencontohkan penumpukan sampah di Pasar Caringin yang mulai memengaruhi omzet pedagang.
“Jika pengelolaan sampah tidak segera dibenahi, maka aktivitas perdagangan bisa terganggu karena menurunnya jumlah pembeli,” ujarnya dalam pertemuan dengan PT Bandung Inovasi Organik di Balai Kota Bandung, Selasa (4/3/2025).
Erwin menyampaikan berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung menunjukkan dari 1.596 RW, baru 25% atau sekitar 414 RW yang berhasil menjadi Kawasan Bebas Sampah (KBS). Sementara itu, upaya membangun 149 rumah maggot di berbagai kelurahan masih belum cukup efektif karena rendahnya partisipasi warga dalam memilah sampah.
Tenaga ahli dari Bandung Inovasi Organik, PT Bandung Inovasi Organik, Luky menawarkan konsep Three Brothers untuk mengatasi masalah krisis sampah Kota Bandung, melalui berbagai metode cara yang ditawarkan, ngarohrab metode pengolahan sampah dengan cara menimbun atau menggali tanah. Bio fertinet teknologi hot composting berbasis bakteri lokal yang mempercepat pengomposan. Maggot farming pemanfaatan larva Black Soldier Fly (BSF) untuk mengurai sampah organik dan menghasilkan pakan ternak.
Baca juga: Pentingnya Kesadaran Warga Pilah Sampah dari Sumbernya
Luky menegaskan sampah bukan sekedar teknologi hanyalah satu sisi dari solusi. Keberhasilan pengelolaan sampah harus berlandaskan prinsip permaculture Earth Care (peduli bumi), People Care (peduli manusia), dan Fair Share (pembagian yang adil).
“Sejauh mana masyarakat siap mengadopsi perubahan ini? Jika kebiasaan membuang sampah sembarangan terus berlanjut, maka inovasi seperti apa pun tak akan memberikan dampak maksimal,” ujar Luky.
Luky menambahkan pengelolaan sampah Kota Bandung bukan sekadar persoalan teknologi atau infrastruktur. Sampah serta krisis yang terjadi adalah masalah budaya dan kebiasaan. Banyak warga yang masih enggan memilah sampah dari rumah, dengan alasan ribet atau kurangnya fasilitas pendukung.
Baca juga: Truk Pacman Inovasi Baru Tangani Sampah Kota
Kepala DLH Kota Bandung, Dudy Prayudi mengakui edukasi masyarakat adalah tantangan utama. Meski pihak pemerintah sudah membangun berbagai fasilitas, tetapi jika masyarakat masih enggan memilah sampah, maka persoalan ini akan terus berulang.
Dudy mengungkapkan Pemkot Bandung kini dihadapkan pada dilema, apakah cukup mengandalkan teknologi dan regulasi, atau justru harus lebih fokus pada membangun kesadaran warga? Tanpa perubahan perilaku, Kota Bandung akan terus berjuang dalam siklus yang sama, mencari solusi sementara untuk masalah yang terus berulang.
“Mungkin, saatnya Bandung tidak hanya mencari inovasi teknologi, tapi juga revolusi kesadaran,” tegas Dudy.(dsn)