RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu, yang bertugas di Jl. Cemara, Kota Bandung, menyampaikan hasil pengamatan Hilal untuk penentuan awal bulan Ramadan 1446 H. Pengamatan ini dilakukan melalui metode rukyat dengan memanfaatkan teleskop terkomputerisasi yang dilengkapi teknologi informasi canggih. Proses pengamatan dimulai ketika Matahari Jumat (28/2/2025) di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (UNISBA).
Rahayu menjelaskan keteraturan peredaran Bulan mengelilingi Bumi dan peredaran Bumi mengelilingi Matahari memungkinkan manusia menentukan waktu, termasuk penetapan awal bulan Hijriah yang sangat penting bagi umat Islam dalam menentukan awal tahun baru, bulan Ramadan, Syawal, hari raya Idul Fitri, dan Idul Adha. BMKG, berdasarkan amanat UU No. 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, memiliki tugas memberikan data waktu yang akurat untuk penentuan awal bulan Hijriah.
Rahayu menyampaikan dalam mekanisme pengamatan Hilal, teleskop terkomputerisasi secara otomatis mengikuti pergerakan Bulan di ufuk barat saat Matahari terbenam. Detektor yang terpasang merekam kecerlangan cahaya Hilal, kemudian data tersebut dikirim secara langsung ke server BMKG pusat dan disebarluaskan secara online melalui situs hilal.bmkg.go.id (https://hilal.bmkg.go.id). Data teknis pengamatan untuk Kota Bandung 28 Februari 2025 menunjukkan tinggi Hilal mencapai 4°1,93’, elongasinya sebesar 6°0,71’, fraksi illuminasi sebesar 0,20 %, dan umur bulan dihitung sebesar 10,41 jam.
Baca juga: Jelang Ramadan Pantau Harga Pangan Siapkan Bazar Murah
Rahayu mengungkapkan berdasarkan data tersebut dan didukung oleh referensi keilmuan astronomi, BMKG menyimpulkan meskipun parameter teknis Hilal masih berada dalam rentang pengamatan, terdapat kemungkinan kecil Hilal awal Ramadhan 1446 H di Kota Bandung tidak akan teramati secara langsung. Hal ini menjadi perhatian utama karena pengamatan Hilal merupakan dasar penentuan awal bulan Ramadan bagi umat Islam yang menerapkan metode rukyat.
Rahayu menambahkan sebagai tindak lanjut, BMKG telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi kepada masyarakat. Masyarakat diimbau untuk menyaksikan pengamatan Hilal secara langsung melalui live streaming di laman resmi BMKG di hilal.bmkg.go.id/livestream (https://hilal.bmkg.go.id/livestream).
“Sore hingga petang hari Jumat 28 Februari 2025. Selain itu, umat Islam diharapkan menunggu hasil keputusan sidang isbat yang akan diumumkan pada malam hari yang sama sebagai penentu resmi awal bulan Ramadan,” jelas Rahayu, Jl. Cemara, Kota Bandung, Kamis (27/2/2025).
Baca juga: BMKG Stasiun Geofisika Bandung Catat 30 Kali Gempa dan Ratusan Ribu Sambaran Petir di Jawa Barat
Rahayu menekankan pentingnya memperoleh informasi dari sumber resmi. Masyarakat diimbau untuk mengikuti kanal komunikasi BMKG yang terverifikasi, seperti Instagram dan Twitter dengan akun @infobmkg dan @geopotw_bmkg, serta melalui website www.bmkg.go.id (https://www.bmkg.go.id/). Untuk memastikan akurasi waktu pengamatan, masyarakat juga disarankan untuk mencocokkan jam mereka dengan Tanda Waktu Standar Nasional Indonesia melalui situs jam.bmkg.go.id/Jam.BMKG (https://jam.bmkg.go.id/Jam.BMKG) atau ntp.bmkg.go.id/Jam.BMKG (https://ntp.bmkg.go.id/Jam.BMKG).
Rahayu menambahkan melalui upaya pengamatan yang teliti dan didukung oleh teknologi informasi terkini, BMKG berharap dapat memberikan informasi yang kredibel mengenai awal bulan Ramadan 1446 H.
“Meski ada kemungkinan Hilal tidak teramati secara langsung, keputusan akhir akan tetap berdasarkan sidang isbat yang dilakukan oleh pihak berwenang, sehingga umat Islam dapat menyambut Ramadan dengan keyakinan penentuan awal bulan telah dilakukan secara ilmiah dan akurat,” pungkas Rahayu.(dsn)