RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung melaporkan sepanjang Januari 2025, wilayah Jawa Barat dan sekitarnya guncang 106 kali gempabumi. Data menunjukkan adanya aktivitas seismik yang cukup tinggi di kawasan Jawa Barat dan sekitarnya, meskipun sebagian besar gempa terjadi memiliki magnitudo kecil dan tidak dirasakan oleh masyarakat.
Menurut Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu, dari 106 gempa yang tercatat mayoritas gempa dangkal dengan kedalaman kurang dari 60 km.
“Sebanyak 95 kejadian tergolong gempa dangkal, sementara 11 kejadian tergolong gempa menengah dengan kedalaman antara 60 hingga 300 km. Tidak ada gempa dalam dengan kedalaman lebih dari 300 km tercatat selama bulan Januari 2025,” ujar Rahayu, Senin (3/2/2025).
Baca juga: Gas Elpiji Melon Mengganggu Warga Picu Kekhawatiran
Rahayu mengungkapkan rentang kedalaman gempa tercatat bervariasi dari 2 km hingga 148 km, menunjukkan aktivitas seismik terjadi baik di permukaan maupun di kedalaman menengah. Sementara dari segi kekuatan guncang gempa dengan magnitudo terbesar tercatat mencapai 4.7, sedangkan gempa terkecil hanya 1.2 magnitudo. Berdasarkan lokasi episenternya, gempa terjadi selama Januari 2025 tersebar baik di laut maupun di darat. Sebanyak 48 gempa berpusat di laut, 58 gempa lainnya berpusat di darat.
Rahayu menjelaskan aktivitas gempa laut biasanya terkait aktivitas sesar dasar laut atau pergerakan lempeng tektonik dasar samudera, berpotensi menimbulkan tsunami jika memiliki magnitudo besar dan kedalaman dangkal. Namun, hingga saat ini, tidak ada indikasi tsunami terdeteksi dari guncang gempa yang telah terjadi. Total gempa terjadi, 11 kali gempa bumi tercatat dirasakan oleh masyarakat.
“Salah satu gempa yang paling signifikan terjadi 27 Januari 2025 pukul 07:29:44 WIB. Gempa ini berpusat di 7.89 LS dan 107.03 BT dengan kedalaman 14 km dan kekuatan 4.7 magnitudo,” jelas Rahayu.
Baca juga: Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Dukung Pemerintah
Rahayu menambahkan getaran dari gempa dirasakan di berbagai daerah dengan tingkat intensitas yang berbeda-beda. Berdasarkan Skala Intensitas Mercalli (MMI), gempa dirasakan dengan intensitas, III MMI terjadi di Sindangbarang, Cidora, Pemengpeuk, Cikalong, dan Babadan, II-III MMI terjadi di Pangalengan, Singajaya, Garut, Cibeber, dan Cianjur, II MMI terjadi di Palabuhanratu dan Simpenan.
“Intensitas III MMI berarti getaran dirasakan di dalam rumah, seolah-olah ada truk besar yang lewat, sedangkan II MMI biasanya hanya dirasakan oleh orang yang berada di dalam bangunan dan tidak menyebabkan kerusakan,” tambah Rahayu.
Teguh Rahayu pun menjelaskan gempa terjadi, khususnya yang dirasakan oleh masyarakat, umumnya merupakan gempa dangkal disebabkan aktivitas sesar dasar laut. Sesar merupakan patahan dasar laut aktif bergerak akibat pergeseran lempeng tektonik.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar dasar laut, aktivitas sesar biasa terjadi di wilayah yang berada sekitar Zona Subduksi Sunda, di mana lempeng Indo-Australia bertemu dengan lempeng Eurasia,” jelas Rahayu.
Baca juga: Gempabumi Tektonik Berkekuatan M 3,9 Guncang Pangandaran
Rahayu menghimbau masyarakat tetap tenang dan tidak panic menghadapi aktivitas seismic, warga tidak mudah terpengaruh oleh isu atau informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, masyarakat selalu memperhatikan kondisi bangunan sekitar, bangunan retak atau rusak akibat gempa bumi, berpotensi runtuh saat terjadi gempa susulan.
“Selalu waspada dan memahami langkah mitigasi bencana, terutama di wilayah rawan gempa seperti Jawa Barat. Masyarakat harus memahami tindakan yang diambil saat terjadi gempa, melindungi kepala, mencari tempat aman, dan segera keluar dari bangunan setelah gempa berhenti,” tegas Rahayu.
Rahayu menyampaikan agar pemerintah daerah dan masyarakat memperkuat infrastruktur bangunan dengan standar tahan gempa dan meningkatkan edukasi mengenai bencana, lingkungan sekolah maupun masyarakat umum.
“Tingginya aktivitas gempa wilayah Jawa Barat, penting bagi masyarakat untuk selalu memperbarui informasi dari sumber resmi seperti BMKG dan pemerintah daerah. Kesiapsiagaan dan informasi akurat menjadi kunci mengurangi risiko dan dampak dari bencana alam gempa,” pungkas Rahayu.(cr1)