RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Sejumlah halte di Kota Bandung fasilitas umum mengalami kerusakan, mengurangi kenyamanan bagi masyarakat yang menggunakan transportasi umum. Kerusakan halte yang sudah tidak berfungsi atau bahkan dibongkar karena tidak lagi digunakan. Akibatnya, para pengguna transportasi publik kehilangan tempat untuk berteduh dan menunggu kendaraan dengan aman.
Pedagang di kawasan Ahmad Yani, Budiana mengungkapkan halte di daerah tersebut telah dibongkar sejak beberapa bulan lalu. Menurutnya, halte tersebut sudah lama tidak digunakan, sehingga akhirnya dirobohkan.
“Halte itu sudah dibongkar sekitar tiga bulan yang lalu. Mungkin karena sudah lama tidak dipakai, jadi akhirnya dibongkar,” ujar Budiana, Jumat (31/1).
Menurut Budiana pembongkaran halte tanpa adanya perbaikan atau penggantian fasilitas baru membuat warga kehilangan akses terhadap fasilitas penting dalam sistem transportasi umum. Kondisi ini mencerminkan kurangnya perhatian terhadap infrastruktur yang seharusnya mendukung mobilitas masyarakat.
Selain halte yang rusak dan dibongkar, masalah lain yang dikeluhkan warga kurangnya kesadaran masyarakat serta minimnya perhatian pemerintah dalam mengembangkan transportasi publik. Seorang pekerja swasta, Arif Rahmat menilai faktor ini turut berkontribusi pada meningkatnya tingkat kemacetan di Kota Bandung.
Baca juga: Meningkatkan Resiko Kecelakaan Jalan Rusak dan Berlubang
“Alasan Kota Bandung jadi kota termacet ke-12 itu ya karena kita kurang aware, baik dari pemerintah maupun masyarakat, terhadap transportasi umum. Padahal, transportasi umum bisa menjadi solusi jika didukung dengan halte yang memadai dan nyaman,” ungkap Arif.
Menurut Arif, kemacetan yang semakin parah terjadi karena banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi umum. Jika halte dalam kondisi baik dan jumlahnya mencukupi, masyarakat bisa lebih terdorong untuk menggunakan transportasi publik sehingga dapat mengurangi kemacetan di jalan raya.
Kerusakan halte juga berdampak langsung pada pengguna transportasi umum. Warga Bandung, Lia yang sering menggunakan transportasi publik, menyayangkan kondisi halte yang tidak terawat.
“Walaupun fungsi utama halte itu untuk menunggu transportasi umum, tapi kalau halte-halte di Kota Bandung rusak, jadi nggak ada lagi tempat berteduh atau sekadar numpang duduk. Akibatnya, transportasi umum juga jadi berceceran di mana-mana. Padahal, seharusnya mereka mengangkut penumpang dari satu halte ke halte lainnya,” ujar Lia.
Menurut Lia, halte bukan hanya tempat pemberhentian kendaraan umum, tetapi juga menjadi bagian penting dalam menciptakan keteraturan dan kenyamanan dalam sistem transportasi kota. Tanpa halte yang layak, transportasi umum di Bandung menjadi tidak efisien, menyebabkan pengemudi dan penumpang tidak memiliki titik kumpul yang jelas.
Baca juga: Efektif Rumah Pompa Kurangi Genangan Air Wilayah Banjir
Arif menyoroti perlunya perhatian lebih terhadap transportasi umum di Bandung, baik dari segi sistem maupun infrastruktur. Arif membandingkan kondisi transportasi publik Bandung dengan Yogyakarta, yang menurutnya jauh lebih baik.
“Saya pernah beberapa kali main ke Yogyakarta. Di sana, transportasi publiknya bagus dan terintegrasi. Petugas haltenya juga gerak cepat, informasinya jelas, sehingga penumpang merasa lebih nyaman. Semoga ke depannya kita bisa meniru sistem seperti itu,” ujar Arif.
Arif membandingkan tingkat antusiasme pengguna transportasi umum di Bandung dan Yogyakarta. Menurutnya, perbedaan ini sangat terasa, salah satunya karena faktor fasilitas yang lebih baik di luar Bandung.
“Di Yogyakarta, penumpangnya berdesak-desakan karena memang sistemnya nyaman dan efektif. Kalau di Bandung, Damri atau Trans Metro Bandung (TMB), masih banyak yang lowong. Ini menunjukkan kalau transportasi umum kita belum sepenuhnya diminati masyarakat,” tambah Arif.
Baca juga: Membakar Sampah Motah-19 Hasilkan Abu Bermanfaat
Arif berharap pemerintah dan masyarakat dapat menciptakan ruang yang lebih aman dalam transportasi publik, terutama bagi perempuan.
“Kita harus bisa menciptakan lingkungan yang nyaman dan tidak membuat khawatir bagi mereka yang bepergian sendiri, terutama perempuan. Jika transportasi umum lebih aman dan nyaman, maka masyarakat akan lebih yakin untuk menggunakannya kembali,” ujar Arif.
Kondisi halte dan transportasi umum yang buruk di Kota Bandung menunjukkan perlunya perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat. Dengan adanya pembenahan yang serius, baik dari segi fasilitas, sistem, maupun keamanan, diharapkan Bandung dapat memiliki transportasi publik yang lebih layak, efisien, dan menjadi solusi utama dalam mengurangi kemacetan.(cr1/mg2)