Makanan Tradisional Nian Gao Harapan Keberuntungan

Keharmonisan keluarga dan kebersamaan yang abadi. Simbol penting dalam budaya Tionghoa, di mana keluarga pilar utama dalam kehidupan. Menikmati kue keranjang bersama, diharapkan hubungan antaranggota keluarga tetap erat sepanjang tahun. (Foto. Diwan Sapta Nurmawan/Radar Bandung)

RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Perayaan Tahun Baru Imlek tidak hanya identik dengan lampion merah, angpao, dan pertunjukan barongsai, tetapi juga dengan kehadiran makanan khas yang sarat makna, kue keranjang yang lebih dikenal dodol China, selalu hadir dalam setiap perayaan Imlek dan memiliki filosofi mendalam bagi masyarakat Tionghoa. Nian gao atau niangao, yang secara harfiah berarti kue tahun. Lebih dari sekadar makanan tradisional, kue keranjang melambangkan harapan dan keberuntungan di tahun yang baru.

Pengucapan nian gao terdengar mirip dengan kata gao, yang berarti tinggi, sehingga masyarakat Tionghoa percaya menyantap kue keranjang dapat membawa peningkatan dalam kehidupan, baik dari segi ekonomi, status sosial, maupun kesejahteraan keluarga.

Pengamat budaya Tionghoa, Kwok A menjelaskan kue keranjang bukan sekadar hidangan khas, tetapi juga memiliki filosofi yang kuat dalam kehidupan masyarakat Tionghoa.

“Kue keranjang melambangkan keberuntungan dan peningkatan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa, nian gao mencerminkan harapan agar pendapatan, kedudukan, dan kehidupan semakin baik setiap tahunnya,” ujarnya, Rabu (29/1/2025).

Baca juga: LUAR BIASA! Atraksi Barongsai di Stasiun Whoosh Hibur para Penumpang saat Perayaan Imlek

Kwok A menambahkan bentuk kue keranjang yang bulat memiliki makna tersendiri. Bentuknya yang bulat melambangkan keharmonisan keluarga dan kebersamaan yang abadi. Simbol penting dalam budaya Tionghoa, di mana keluarga pilar utama dalam kehidupan. Menikmati kue keranjang bersama, diharapkan hubungan antaranggota keluarga tetap erat sepanjang tahun.

Tokoh masyarakat Tionghoa, Tomny Ayung mengungkapkan tradisi mengonsumsi kue keranjang saat Imlek sudah berlangsung sejak lama dan memiliki akar sejarah yang kuat.

“Menurut cerita rakyat, Dewa Dapur akan melaporkan perilaku manusia kepada Kaisar Langit setiap akhir tahun. Untuk mencegah laporan buruk, masyarakat memberikan kue keranjang persembahan agar mulut Dewa Dapur menjadi tertutup oleh teksturnya yang lengket dan manis,” jelas Tomny.

Tomny menambahkan kue keranjang tetap menjadi bagian dari ritual persembahyangan leluhur selama tujuh hari menjelang Tahun Baru Imlek. Kue keranjang tidak hanya menjadi hidangan, tetapi juga bentuk penghormatan kepada leluhur. Tradisi ini terus dijaga sebagai bentuk penghormatan kepada para pendahulu yang telah memberikan kehidupan dan keberkahan bagi generasi selanjutnya.

Baca juga: Semangat Berbagi di Tahun Baru Imlek 2025, BRI Peduli Salurkan Bantuan Sembako bagi Warga di Tangerang dan Singkawang

Kwok A menyoroti berbagai makna simbolis yang terkandung dalam kue keranjang. Selain melambangkan keberuntungan, membagikan kue keranjang juga mencerminkan nilai berbagi rezeki dan kemakmuran. Kue keranjang membawa berkah bagi pemberi maupun penerima, serta menjadi simbol saling menolong dalam kehidupan, kue keranjang yang lembut dan kenyal menggambarkan keuletan, kegigihan, serta daya juang tinggi.

“Kue ini mengajarkan dalam hidup, kita harus memiliki semangat pantang menyerah dan tetap kuat dalam menghadapi tantangan. Teksturnya yang kenyal mencerminkan fleksibilitas dan ketahanan seseorang dalam menjalani kehidupan,” tambah Kwok.

Tomny Ayung menekankan kue keranjang memiliki makna mendalam dalam hal hubungan sosial dan spiritual. Kue keranjang yang tahan lama melambangkan hubungan yang erat dan berkualitas. Rasa manisnya mencerminkan sukacita dan kebahagiaan dalam hidup, sedangkan susunannya yang bertingkat dan mengerucut melambangkan harapan agar rezeki dan kemakmuran semakin meningkat.

“Pembuatan kue keranjang membutuhkan kesabaran, keteguhan hati, dan kerja keras. Ini menjadi pengingat bahwa dalam meraih sesuatu yang diinginkan, kita harus memiliki kegigihan dan daya juang tinggi agar mendapatkan hasil terbaik,” ungkap Tomny.

Kwok A mengingatkan seiring perkembangan zaman, banyak tradisi mulai mengalami pergeseran, termasuk kebiasaan membuat kue keranjang secara tradisional. Saat ini, banyak keluarga lebih memilih membeli kue keranjang yang sudah jadi daripada membuatnya sendiri. Kwok A menilai meskipun hal ini merupakan bagian dari perubahan zaman, penting bagi generasi muda untuk tetap memahami nilai di balik tradisi ini.

Baca juga: Pemdaprov Jabar Tetapkan 42 Karya Budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda 2025

“Kita tidak bisa menghindari perubahan zaman, tetapi yang lebih penting bagaimana kita tetap menjaga nilai yang terkandung dalam tradisi ini. Generasi muda perlu diberi pemahaman kue keranjang bukan sekadar makanan, tetapi juga warisan budaya yang memiliki makna mendalam,” ujar Kwok.

Tomny Ayung pun sependapat dan menekankan pentingnya memperkenalkan kue keranjang kepada anak-anak muda dengan cara yang lebih menarik. Salah satu cara yang efektif dengan menggunakan media sosial dan platform digital. Video pendek, animasi, atau dokumentasi tentang sejarah dan makna kue keranjang bisa menjadi sarana edukasi yang menarik bagi generasi muda.

Menurut Tomny menjaga tradisi bukan berarti menolak modernisasi, tetapi bagaimana mengemas budaya agar tetap relevan dengan zaman. Jika generasi muda memahami makna di balik kue keranjang, mereka akan lebih menghargai dan melestarikan tradisi ini di masa depan, kue keranjang bukan sekadar makanan khas dalam perayaan Imlek, tetapi juga memiliki makna simbolis yang kaya. Simbol keberuntungan, keharmonisan keluarga, hingga nilai kesabaran dan perjuangan, kue ini mengajarkan banyak hal yang tetap relevan dalam kehidupan modern.

“Sebagai bagian dari budaya yang telah diwariskan selama berabad-abad, penting bagi masyarakat Tionghoa untuk terus menjaga dan mengenalkan tradisi ini kepada generasi selanjutnya. Dengan memahami filosofi di balik kue keranjang, nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya dapat terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” pungkas Tomny.(cr1)

Editor : Azam Munawar

# # # # #



Iklan RB Display B

Berita Terbaru

Iklan RB Display C




Berita Terkait Kota Bandung


Iklan RB Display D