RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Naiknya harga bahan pokok di pasaran telah memicu Martiman, seorang pria asal Wonosobo, untuk mengambil langkah kreatif guna mengurangi pengeluaran rumah tangganya. Dengan memanfaatkan lahan terbengkalai, Martiman mengembangkan kebun yang penuh dengan berbagai jenis tanaman sayuran, buah, hingga pohon kayu dan bambu. Langkah ini membuatnya tidak khawatir ketika harga bahan pokok melonjak.
Martiman mengungkapkan telah terbiasa dengan kegiatan bercocok tanam sejak usia 10 tahun. Pengalaman ini Martiman dapatkan dari orangtuanya yang juga seorang petani. Meskipun tidak ada paksaan, Martiman tetap tekun dan ulet menjalani kegiatan bercocok tanam.
“Dengan menanam, kita bisa mengambil banyak manfaat. Bisa menyehatkan tubuh karena berkeringat, dan yang pasti dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa pergi ke warung atau pasar,” ujar Martiman, Arcamanik, Kota Bandung, Jumat (24/1).
Baca juga: Tetap Prioritaskan Rasa, Rumah Makan Nasi Padang Bertahan di Tengah Kenaikan Harga Bahan Pokok
Menurut Martiman lahan yang dimanfaatkan untuk berkebun dulunya lahan terbengkalai. Martiman menanam berbagai jenis sayuran, buah, tanaman keras kayu dan bambu. Martiman juga memilih metode bercocok tanam alami tanpa menggunakan pupuk kimia, memanfaatkan limbah peternakan ayam dan bebeknya sebagai pupuk organik.
“Pupuk hampir tidak saya gunakan karena kondisi tanahnya cukup subur. Jadi cukup ditanam, terus rajin diurus. Saya pakai juga limbah dari hasil peternakan karena saya punya beberapa ayam dan bebek,” jelasnya.
Selain menanam sayuran dan buah, Martiman juga menanam tanaman keras kayu dan bambu. Menurutnya, tanaman ini memberikan nilai ekonomis yang besar di masa mendatang karena harga jualnya dapat mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Baca juga: Pengantin Pria Jadi Korban Dugaan Hipnotis di Hari Pernikahan, Maskawin dan Barang Berharga Raib
“Selain menanam sayuran dan buah, saya juga menanam tanaman keras seperti kayu dan bambu. Itu bisa dimanfaatkan ketika kita butuh di kemudian hari karena bisa menghasilkan uang dengan jumlah yang cukup besar,” ujarnya.
Hasil kebun Martiman tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangganya tetapi juga diminati oleh warga sekitar. Setiap masa panen, Martiman menginformasikan hasil panennya kepada tetangga untuk dijual.
“Kalau pisang, karena saya nanamnya banyak dan panennya hampir tiap minggu, jadi gak habis kalau dimakan sendiri. Nah, itu bisa dijual,” kata Martiman.
Baca juga: Mengawali Tahun Baru Dengan Peralatan Rumah Tangga yang Lebih Baik
Martiman menghadapi tantangan gangguan tikus, sejauh ini tantangan tersebut dapat diatasi. Keberadaan air yang cukup selama musim kemarau dan tidak adanya banjir saat musim hujan juga menjadi keuntungan tambahan bagi lahannya.
“Biasanya tikus yang mengganggu proses berkebun, tapi sejauh ini masih bisa teratasi. Alhamdulillah di sini jika musim kemarau datang, masih tersedia air. Dan jika hujan tidak pernah banjir. Jadi tantangannya tidak begitu rumit,” ungkapnya.
Martiman mengajak masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang ada, meskipun kecil, untuk bercocok tanam. Baginya, pengelolaan lahan yang baik akan memberikan keuntungan dan manfaat yang besar.
“Manfaatkan lahan yang ada di sekitar kita, walaupun hanya sedikit. Karena jika dikelola pasti bisa mendapatkan keuntungan, akan ada hasil yang didapat,” ajaknya.
Langkah Martiman menjadi contoh nyata bagaimana berkebun dapat menjadi solusi kreatif untuk menghadapi tekanan ekonomi akibat kenaikan harga bahan pokok. Dengan kerja keras dan pemanfaatan sumber daya yang ada, ia berhasil menciptakan ketahanan pangan sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi dirinya dan masyarakat sekitar.(cr1/mg2)