Gedung Teater Legendaris, Warisan Budaya Kota Bandung yang Tetap Hidup

RADARBANDUNG.ID, KOTA BANDUNG – Kota yang dikenal dengan pesona seni dan budayanya, memiliki deretan gedung teater legendaris yang menjadi saksi perkembangan seni teater dari masa ke masa. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung, Yayan A. Brilyana, Sabtu (18/1), mengungkapkan bahwa gedung-gedung ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat pertunjukan, tetapi juga sebagai pusat interaksi budaya yang menghidupkan kreativitas masyarakat.

Gedung ini tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga menjadi ruang ekspresi dan kreativitas seniman hingga kini. Berbagai gedung bersejarah di Kota Bandung, Padepokan Mayang Sunda, De Majestic, dan Gedung Rumentang Siang, menjadi saksi perjalanan seni teater dari masa ke masa. Foto-Foto. For Radar Bandung

“Gedung-gedung teater ini merupakan bagian penting dari perjalanan budaya Kota Bandung. Mereka tidak hanya menjadi ruang seni, tetapi juga simbol bagaimana kreativitas masyarakat terus hidup dan berkembang dari masa kolonial hingga era modern,” ujar Yayan.

Yayan menyoroti beberapa gedung ikonik yang telah menjadi saksi sejarah seni teater di Bandung, salah satunya adalah Padepokan Mayang Sunda. Berlokasi di Jalan Peta No. 209, gedung ini berdiri sejak 1987 sebagai warisan Festival Film Indonesia. Selain menjadi ruang pertunjukan, gedung ini juga menjadi pusat pelatihan dan pengembangan seni budaya.

“Padepokan Mayang Sunda telah menjadi rumah bagi seniman lokal untuk berkreasi dan berkolaborasi. Ini adalah salah satu upaya kami untuk menjaga warisan budaya Sunda tetap hidup,” tambahnya.

Yayan menjelaskan gedung lainnya yang tidak kalah menarik Teras Sunda Cibiru, yang terletak di Jalan Raya Cipadung dengan fasilitas lengkap, Bale Riung untuk diskusi dan Bale Utama untuk pertunjukan, gedung ini juga memiliki galeri seni yang menampilkan koleksi budaya Sunda.

“Teras Sunda Cibiru adalah bukti bagaimana seni dan budaya bisa menjadi ruang inklusif. Bukan hanya untuk seniman, tetapi juga untuk masyarakat umum yang ingin belajar dan memahami budaya Sunda,” jelas Yayan.

Yayan melanjutkan, Gedung De Majestic di Jalan Braga memiliki nilai historis yang tinggi, dibuka 1925, gedung ini menjadi lokasi pemutaran perdana Loetoeng Kasaroeng, film pertama yang diproduksi di Indonesia. Kini, gedung ini tetap aktif digunakan untuk berbagai pertunjukan seni budaya.

“De Majestic ikon seni yang melampaui generasi. Gedung ini menunjukkan bagaimana seni dapat terus relevan di tengah perubahan zaman,” katanya.

Tidak ketinggalan, Yayan menambahkan Gedung Kesenian Rumentang Siang yang berlokasi di Jalan Baranangsiang, menjadi ruang bagi seniman untuk berekspresi sejak 1950-an. Tempat ini dikenal sebagai wadah seni eksperimental, termasuk kritik sosial melalui teater yang dipelopori seniman seperti Harry Roesli.

“Rumentang Siang terus menjadi pusat kreativitas bagi generasi muda Bandung. Ini ruang yang sangat penting untuk menjaga semangat seni dan budaya lokal,” tambah Yayan.

Selain itu, Yayan juga menyoroti Gedung Societet Concordia, yang kini dikenal sebagai Gedung Merdeka. Sebelum menjadi simbol Konferensi Asia-Afrika, gedung ini digunakan untuk pementasan opera dan drama bergaya Eropa.

“Gedung Merdeka menunjukkan bagaimana seni dan budaya dapat berdampingan dengan sejarah kenegaraan. Ini adalah bukti bahwa seni teater di Bandung telah menjadi bagian integral dari identitas kota,” ujarnya.

Yayan menutup, melalui keberadaan gedung-gedung ini, seni teater di Bandung tetap hidup sebagai bagian dari warisan budaya yang terus dijaga. Kota Bandung membuktikan dirinya sebagai kota seni yang tidak hanya merayakan kreativitas, tetapi juga melestarikan kekayaan budaya untuk generasi mendatang.(cr1)

Editor : Azam Munawar



Iklan RB Display B

Berita Terbaru

Iklan RB Display C




Berita Terkait Kota Bandung


Iklan RB Display D