RADARBANDUNG.ID, KOTA CIMAHI – Permasalahan ketersediaan air bersih di lingkungan warga Cipageran Asri Kota Cimahi telah lama dirasakan dan berulang setiap tahunnya terutama pada musim kemarau.

Terlebih di daerah ini terdapat kelompok masyarakat madani yang tergabung dalam Gerakan Ekonomi Mandiri yang dikenal dengan sebutan GEMI 0418, yang berhasil menjadi ikon Kota Cimahi dalam hal penanganan sampah dan sirkular ekonomi memalui budidaya maggot, ternak lele, dan beberapa komoditas lainnya.
Untuk kontinuitas gerakan masyarakat tersebut, mutlak ketersediaan suplai air bersih menjadi hal yang sangat krusial.
Baca Juga : Mahasiswa Teater Lima Wajah UKRI Gelar Kreativitas Seni
Budidaya maggot berkembang pasca covid, dimana warga mengembangkan bukan saja maggot tetapi juga ternak lele.
Maggot yang dihasilkan, selain di jual bagi pakan ternak dan unggas, sisanya dgunakan sebagai pakan lele.
Pakan maggot tersbut berasal dari sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat Cipageran bahkan dari Kota Cimahi.
Baca Juga : Rektor Ajak Lulusan SMA dan SMK Jadi Bagian UKRI Menuju Asia
Maggot ini memiliki dua manfaat: mengurangi jumlah sampah organik dan menyediakan pakan bagi lele, dengan demikian proses sirkular ekonomi telah diterapkan oleh GEMI 0418.
Ikan lele telah berhasil diolah menjadi beberpa produk berupa nugget lele, lets go (lele siap goreng), kerupuk kulit lele dan tulang lele yang ezat rasanya.
Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) tahun 2024 ini hadir melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat (PkM) di Kelurahan Cipageran, Kota Cimahi untuk menjawab permasalah air di atas.
Baca Juga :Rektor UKRI: Prabowo-Sandi Menang 63, 2 Persen
Kegiatan ini merupakan implementasi dari hibah Kemendikbudristek tahun 2024 dengan Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat dengan ruang lingkup Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat.
Tim pengusul dari kegiatan ini adalah Dr. June Ekawati, ST., MT. (Arsitektur), Arief Nur Muchamad, ST., MT. (Teknik Lingkungan) dan Dudi Suparyogi, ST., MT (Teknik Mesin) yang dibantu oleh mahasiswa Aliza Anggelia dan Azizah Dewi Kartini (Teknik Lingkungan), Winda Rahmawati dan Muhammad Naufal Bilnazari Cikal Basae (Arsitektur).
Melalui PkM ini UKRI memberikan solusi berupa inovasi teknologi penyedian air bersih dengan cara pemboran air tanah dalam.
Seperti diketahui, daerah Cipageran ini merupakan daerah pegunungan yang secara geologi memiliki batuan dan bentang alam yang sulit dalam pengadaan air bersih.
Namun demikian, penyelidikan geolistrik menunjukan adanya potensi air tanah yang besar di kedalaman 120 mdpt (meter di bawah permukaan tanah).
Untuk itu UKRI bergerak untuk melakukan pemboran air tanah guna menjamin keberhasilan dan kontinuitas usaha masyarakat sekaligus penyediaan air bersih bagi sanitasi masyarakat di daerah tersebut.
Pada hari Senin, 28 Oktober 2024, proses monitoring evaluasi (monev) PkM hibah Kemendikbud telah dilaksankan di lokasi kegiatan. Kegiatan Monev ini dihadiri oleh Pemda Kota Cimahi yang diwakili oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pangan & Pertanian, juga dua orang reviewer dari Kemendikbud yaitu Dr. Dindin Abdurrohim,S.Sos, MM. (Unpas) dan Dr. Keni Kaniawati, SE, M.Si (Widyatama) yang menilai kemajuan dari PkM ini.
Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik walaupun terdapat banyak kendala pada proses pemboran.
Masyarakat sebagai mitra sasaran dari kegiatan ini menyambut dengan antusias karena kegiatan ini sangat bermanfaat untuk kelangsungan usaha ekonomi hijau dari kelompok ini serta memenuhi kebutuhan aktivitas sosial-budaya masyarakat sehari-hari.(**)