RADARBANDUNG.ID, BANDUNG – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus berupaya memperluas akses pendidikan dengan mendirikan sekolah filial di beberapa wilayah yang belum memiliki SMP negeri. Salah satunya adalah SMPN 60, yang sementara ini menggunakan gedung SDN 192 Ciburuy untuk menampung para siswanya.
Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Tantan Syurya Santana menjelaskan, pembelajaran di SMPN 60 harus berbagi waktu dengan SDN 192.
“Pembelajaran siswa SMPN 60 dilaksanakan setelah KBM SDN selesai. Kami memiliki sembilan rombongan belajar (rombel) namun hanya tersedia tujuh ruang kelas, sehingga dua kelas harus melakukan moving class,” kata Tantan, Kamis (3/10).
Baca juga : Kekurangan Kelas di SMPN 60 Bandung, Siswa Terpaksa Belajar di Lorong
Dia menerangkan untuk mengatasi keterbatasan ini, pihaknya telah mengajukan rencana pembelian lahan pada tahun anggaran 2025 mendatang. “Jika Pemkot Bandung memiliki lahan yang bisa digunakan, tentu akan lebih efisien karena kami tidak perlu membelinya,” ujarnya.
“Kami sedang memohon untuk pembangunan SMPN 60 di atas lahan tersebut,” tambahnya.
Selain SMPN 60, ada beberapa sekolah filial lain yang masih dalam tahap pembangunan. Dia menyebut, sejak 2019, Pemkot Bandung telah membangun secara bertahap sekolah filial seperti SMPN 59, SMPN 61, hingga SMPN 74. Namun, delapan sekolah filial termasuk SMPN 60, masih belum memiliki gedung permanen.
Baca juga : Dukung Akses Teknologi, PLN Peduli Berikan Bantuan Komputer ke SMPN 3 Tengaran
“Sekolah filial ini adalah solusi sementara untuk mengatasi wilayah-wilayah blankspot yang tidak memiliki SMP negeri. Dengan adanya sekolah ini, kami berharap akses pendidikan semakin merata,” kata Tantan.
Ia menambahkan, meskipun SMPN 60 baru menerima dua rombel pada tahun ajaran 2024 dengan total 69 siswa, minat masyarakat terhadap sekolah tersebut tetap tinggi.
“Kami berharap ke depan, dengan adanya bangunan baru, dapat menampung lebih banyak siswa,” pungkasnya.
Hingga saat ini, SMPN 60 mengoperasikan sembilan rombongan belajar, namun hanya memiliki ruang kelas yang terbatas, sehingga beberapa kelas terpaksa menjalani kegiatan belajar di luar ruangan. Humas SMPN 60 Bandung, Rita menyatakan kekurangan kelas mulai terasa sejak 2023, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah siswa.
“Mulai 2023, kami menghadapi tantangan jumlah siswa yang membludak. Sebelumnya, sistem kelas bergerak (moving class) masih bisa diterapkan, namun sekarang kelas sudah tidak lagi mencukupi,” ungkap Rita. (rup)