BANDUNG – Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung, berhasil menciptakan dua inovasi pengelolaan sampah yang signifikan yakni Bank Sampah Berseri dan layanan Sidak Panik.

Kedua program ini tidak hanya membantu mengurangi timbulan sampah, tetapi juga meningkatkan kesadaran warga untuk memilah sampah dan memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat.
Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan di Kelurahan Nyengseret, Fahmi Hafizah Novianti memaparkan bahwa Bank Sampah Berseri yang telah berjalan sejak 22 Juni 2023 telah berhasil mengumpulkan lebih dari 18 ton sampah anorganik di wilayahnya.
Baca Juga : Layanan Jemput Bola Sampah Organik di Lio Genteng, Nyengseret, Kota Bandung
“Melalui Bank Sampah Berseri, masyarakat bisa menabung sampah anorganik, yang kemudian diolah atau dijual. Hingga kini, lebih dari 18 ton sampah telah kami kelola,” kata Fahmi Rabu 2 Oktober 2024.
Selain mengelola sampah anorganik, Kelurahan Nyengseret juga meluncurkan inovasi pengelolaan sampah organik melalui Sidak Panik.
Program yang mulai diinisiasi setahun lalu ini memberikan layanan jemput bola untuk sampah organik dari rumah warga.
Baca Juga : 27 Tahun Mengabdi Bagi Masyarakat, Abah Agus Harap Masyarakat Sadar Kelola Sampah
“Sidak Panik merupakan singkatan dari Simpan Candak Jemput Sampah Organik. Petugas kami menjemput sampah organik langsung dari rumah warga sehingga memudahkan masyarakat yang tinggal di perkotaan dengan lahan sempit,” jelasnya.
Dia menyebutkan sejak diluncurkan, layanan Sidak Panik telah mengelola lebih dari 25 ton sampah organik dari masyarakt Kelurahan Nyengseret.
“Dalam satu tahun ini, lebih dari 25 ton sampah organik sudah dikelola melalui program Sidak Panik,” ungkapnya.
Dirinya menyampaikan, pengelolaan sampah organik di Kelurahan Nyengseret memanfaatkan teknologi magotisasi, di mana sampah organik diurai oleh maggot (larva lalat) yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti ayam dan ikan.
“Kami menggunakan metode magotisasi untuk mengolah sampah organik. Residu dari maggot bisa dijadikan pupuk kompos, dan maggotnya sendiri dijadikan pakan ternak,” paparnya.
Selain magotisasi, ia juga menjelaskan bahwa teknik komposter digunakan saat terjadi kelebihan sampah organik.
*Tingkatkan kesadaran masyarakat untuk memilah sampah
Tidak hanya berfokus pada pengelolaan sampah, program Sidak Panik dan Bank Sampah Berseri juga berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memilah sampah.
“Awalnya memang sulit, karena kesadaran masyarakat belum terbentuk. Namun, melalui sosialisasi dan pendekatan door-to-door, kami berhasil membuat budaya memilah sampah menjadi kebiasaan di Kelurahan Nyengseret,” ujarnya.
Menurutnya program ini tidak hanya memberikan manfaat lingkungan, tetapi juga berdampak positif secara ekonomi.
*Menabung sampah bisa diolah atau dijual
Melalui Bank Sampah Berseri, warga bisa menabung sampah yang kemudian dapat diolah atau dijual, memberikan tambahan penghasilan bagi keluarga.
“Banyak warga yang menabung sampah di Bank Sampah dan mendapatkan uang tambahan dari sana. Beberapa bahkan menjadikannya sebagai modal usaha kecil-kecilan,” terang dia.
Kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Ketenagakerjaan, serta lembaga kemasyarakatan lokal seperti PKK, RPRW, LPM, dan karang taruna, turut berperan penting dalam keberhasilan program ini. “Dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup dan lembaga kemasyarakatan sangat penting. Kami juga melatih petugas melalui bantuan dari Dinas Ketenagakerjaan,” jelasnya.
“Kami berharap bahwa program Sidak Panik ini bisa diterapkan di kelurahan lain. Semakin banyak masyarakat yang memilah sampah, semakin bersih lingkungan kita. Harapannya, budaya memilah sampah bisa terus hidup di tengah masyarakat dan memberikan dampak ekonomi yang lebih luas,” pungkasnya. (rup)