RADARBANDUNG.ID, PURWAKARTA – Sebanyak 340 mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN-D) di Desa Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta pada 7-27 Agustus 2024.

Kelompok 16, berkolaborasi dengan Kelompok 15, menjalankan program untuk meningkatkan sistem irigasi di desa ini melalui pembangunan bendungan, bak tampungan air, serta jalur perpipaan.
Program irigasi ini bertujuan mengoptimalkan distribusi air yang berfokus di wilayah Dusun 1 agar para petani tetap mendapatkan suplai air saat musim kemarau.
Ketua Kelompok 16, Iqbal Daffa Elvandi, menjelaskan bahwa salah satu fokus program ini adalah memastikan ketersediaan air yang stabil.
Baca Juga : Bawaslu KBB Angkat Bicara Soal Bacakada Jalur Independen yang Dinyatakan TMS
Bak tampungan yang dibangun akan menjadi tempat penyimpanan air cadangan, sementara jalur perpipaan membantu mendistribusikan air secara merata ke lahan pertanian.
Dengan bimbingan Bu Widyaningtias ST., MT., PH.D selaku dosen pembimbing Kelompok 16, proyek Kelompok 16 ini dilaksanakan dalam tiga tahap.
Tahap pertama adalah persiapan, yang mencakup survei lokasi pembangunan bak tampungan, koordinasi dengan pemilik lahan, dan sosialisasi bersama ketua kelompok tani setempat.
Persiapan ini juga melibatkan pembebasan lahan dan pengadaan material, seperti batako, semen, pasir, dan kerikil, yang dilakukan selama tiga hingga empat hari.
Tahap ini penting untuk memastikan segala kebutuhan teknis dan administratif terpenuhi.
Tahap kedua adalah pelaksanaan. Tahap ini diawali dengan pemindahan material ke lokasi proyek secara bergotong royong. Proses pengangkutan dilakukan secara estafet selama tiga hari, dari 13 hingga 15 Agustus 2024.
Selain itu, tukang yang mahir di bidang ini juga dilibatkan untuk membantu proses pembangunan bak tampungan, yang dilaksanakan dari 11-22 Agustus.
Setelah pembangunan bak tampungan selesai, tahap terakhir adalah pemasangan pipa.
Jalur perpipaan ini diharapkan dapat mengalirkan air secara optimal ke sawah-sawah di Dusun 1 menggunakan gaya gravitasi.
Bak tampungan yang dibangun memiliki dimensi 3 x 2 x 1 meter, dengan intake yang bersumber dari aliran sekitar dan bendungan yang dibangun oleh Kelompok 15.
“Melihat dari kesulitan medan yang ada, kami memilih untuk menggunakan pipa HDPE dibandingkan pipa PVC. Selain itu, pipa HDPE yang fleksibel dan tahan lumut juga meningkatkan masa layan dari bak tampungan yang kami buat” kata Iqbal, mahasiswa
Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air 2022.
Selain pembangunan infrastruktur irigasi, Kelompok 16 juga terlibat dalam renovasi gapura Dusun 1.
Mereka melakukan pengecatan ulang agar gapura terlihat lebih rapi dan indah.
Mahasiswa juga mengadakan program mengajar di SDN 2 Parungbanteng, mengajarkan menggambar dan mewarnai untuk siswa kelas 2 SD, serta memberikan sosialisasi mengenai pentingnya sistem irigasi kepada siswa kelas 6 SD.
Sosialisasi ini dilakukan secara interaktif menggunakan alat peraga sederhana, sehingga anak-anak dapat memahami bagaimana irigasi bekerja dan pentingnya menjaga sumber daya air.
Program peningkatan irigasi ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pertanian di Desa Parungbanteng. Dengan sistem irigasi yang lebih baik, para petani tidak perlu khawatir kekurangan air selama musim kemarau, sehingga mereka dapat lebih fokus meningkatkan kualitas hasil panen. Ketersediaan air yang teratur juga akan membuat pertanian di desa ini lebih berkelanjutan.
Di sisi lain, program KKN ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa ITB untuk menerapkan ilmu yang mereka pelajari di kampus dalam situasi nyata.
Dengan terlibat langsung dalam pembangunan desa, mereka tidak hanya memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat setempat, tetapi juga mendapatkan pengalaman berharga dalam pengelolaan sumber daya alam dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan selesainya program ini, para mahasiswa berharap masyarakat Desa
Parungbanteng dapat secara mandiri mengelola sistem irigasi yang telah dibangun.
Infrastruktur ini dirancang agar mudah dirawat dan dioperasikan oleh warga setempat, sehingga manfaatnya bisa dirasakan dalam jangka panjang.
Semoga Desa Parungbanteng dapat menjadi contoh bagi desa lain di Indonesia dalam penerapan teknologi irigasi
sederhana namun efektif untuk mengatasi permasalahan air dan pertanian. (**)