RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia melansir hasil survei terbaru dalam konteks Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Barat 2024. Ridwan Kamil berada di urutan teratas sebagai figur yang memiliki popularitas tertinggi.
Survei tersebut dilakukan 20-27 Juni 2024 terhadap 1.214 respnnden warga Jawa Barat berusia 17 tahun ke atas dengan metoda double sampling. Metoda tersebut adalah pengambilan sampel secara acak dari kumpulan data hasil survei tatap muka yang dilakukan sebelumnya.
Margin of error survei diperkirakan 2.8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara.
Dalam survei tersebut, terdapat simulasi 12 nama kandidat. Hasilnya, Ridwan Kamil meraih angka 44,5 persen. Raihan itu hanya didekati oleh Dedi Mulyadi dengan capaian 33,2 persen. Nama lainnya terpaut jauh. Di antaranya, Dede Yusuf 5,4 persen, Bina Arya 2,2 persen, Desy Ratnasari 1,8 persen.
Lalu, Haru Suandharu 1,2 persen, Ono Surono 1,1 persen dan nama lain seperti Uu Ruzhanul Ulum, Ilham Akbar Habibie, M Iriawan, Taufik Hidayat, dan Syaiful Huda yang angkanya kurang dari satu persen.
“Popularitas dan kesukaan Ridwan Kamil sudah maksimum di 96 persen tahu dan 92 persen suka,” kata Founder dan Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, melalui siaran pers yang diterima, Jumat (5/7).
“Kekuatan Ridwan Kamil dipersepsikan sukses ada di faktor bukti kinerja atau teknokratis,” kata Burhanuddin.
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Karim Suryadi mengungkapkan ada empat catatan dari hasil survei terbaru Indikator Politik Indonesia. Pertama, dari sejumlah nama yang beredar Pilkada Jabar hanya terbagi menjadi dua kubu yakni Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi.
Kedua, hasil ini bisa menjadi landasan Partai Golkar untuk tidak membawa Ridwan Kamil dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta. Sedangkan dari sisi Gerindra adalah sebaliknya. Jika ingin meningkatkan peluang menang, maka Ridwan Kamil harus berkontestasi di luar Jawa Barat.
Ketiga, sambung Karim, berdasarkan pengamatannya nama Ridwan Kamil selalu masuk dalam persepsi masyarakat Jabar dalam konteks gubernur. Artinya habitat politik Ridwan Kamil beradai di Jabar.
Keempat, hasil survei yang Ridwan Kamil saat ini diperoleh secara pasif atau tanpa ada upaya apapun dalam lingkup Pilkada Jabar. Adapun nama Ridwan Kamil ramai diperbincangkan hanya dalam konteks Pilkada DKI Jakarta.
“Pemberitaan Ridwan Kamil hanya soal tarik menarik ke Jakarta. Tapi pemberitaan itu tak mengurangi popularitas dan elektabilitasnya di Jabar,” jelasnya. (dbs)