RADARBANDUNG.ID, JAKARTA – Kondisi kesehatan jamaah haji menjadi perhatian banyak pihak.
Dari sisi medis, kondisi Arab Saudi yang berbeda dengan Indonesia menjadi catatan untuk jamaah haji.
Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Dokter Kesehatan Haji Indonesia (Perdokhi) dr Syarief Hasan Lutfie SpKFR menyatakan bahwa tambahan kuota jamaah haji sebesar 20.000 tidak boleh dianggap sepele.
Baca Juga : Pelatih Persib Bandung, Bojan Hodak Sudah Jalin Kesepekatan untuk Musim Depan
Sebab semakin banyak jamaah yang harus diawasi, terutama yang memiliki komorbid.
“Jadi tantangan bagi stakeholder karena banyak jamaah yang tetap ingin terbang meski dari sisi kesehatan (istitoah) tidak diperkenankan,” ungkapnya.
Menjelang wukuf, Syarief mengingatkan masalah kelelahan.
Baca Juga : Air Wilayah II dan III Terganggu, Perumda Tirtaraharja: Adanya Banjir Bandang
Sebab tidak bisa digantikan orang lain.
Dia pun mengingatkan agar petugas dan pendamping haji tetap mengingatkan soal penggunaan APD dan upaya promotif.
“Kelalahan sering menjadi pencetus mortalitas (kematian),” katanya.
Baca Juga : MPR Tepis Isu Amandemen UUD 1945
Dia juga mengingatkan kasus demensia paling banyak terjadi pada jamaah Indonesia.
Sebab jamaah biasanya berusia lansia.
”Tahun ini menurut regulasi sudah ada assesmen untuk mendeteksi kasus demensia. Sehingga tiga bulan sebelumnya dilakukan terapi,” ujar Syarief.
Belum lagi, banyak dari lansia yang tidak beraktivitas banyak, sehingga tubuhnya kaget saat melaksanakan aktivitas haji.
Saat ini di Arab Saudi terjadi suhu panas ekstrem.
Sehingga ini menjadi warning bagi mereka yang punya komorbid seperti hipertensi, jantung, dan sakit paru.
“Cuaca tinggi mudah sakali terjadi kelelahan, fatigue,” katanya.
Ini tidak bisa sembarangan jika dialami lansia. Karena berisiko fatal.
Sementara itu mendekati puncak musim haji, Kementerian Agama (Kemenag) memperkuat aspek manasik.
Diantaranya jemaah diingatkan supaya tidak lupa melakukan niat berhaji dan ihram ketika akan berangkat menuju Arafah.
Saudi menetapkan Idul Adha (10 Dzulhijjah) jatuh pada 16 Juni. Sehingga wukuf di Arafah dilaksanakan pada 15 Juni (9 Dzulhijjah).
Rencananya jemaah mulai diberangkatkan ke Arafah pada 14 Juni atau 8 Dzulhijjah.
Anggota Media Center Kementerian Agama Widi Dwinanda menjelaskan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi memberangkatkan jemaah haji ke Arafah untuk memulai rangkaian puncak haji pada 14 Juni 2024 dimulai pukul 07.00 waktu setempat.
“Sebelum berangkat ke Arafah setiap jemaah harus memastikan dirinya sudah berihram dan niat haji di hotel masing-masing,” katanya.
Widi menjelaskan untuk ketentuan ihram, perlu jadi perhatian jemaah, khususnya jemaah laki-laki.
Jemaah laki-laki harus menggunakan kain ihram yang dimiliki masing-masing. Tidak boleh menggunakan pakaian yang berjahit selama ihram.
Dia mengatakan, pelaksanaan niat ihram haji setelah jemaah bersuci.
Kemudian disunahkan membersihkan badan dengan mandi dan berwudhu, memotong kuku, serta memakai wangi-wangian.
“Lalu berpakaian ihram, dilanjutkan dengan melaksanakan salat sunat ihram dan berniat haji,” jelasnya.
Untuk pakaian ihram lansia, khususnya bagi jemaah laki-laki, perlu melatih diri dengan bimbingan pembimbing ibadah kloter.
Jemaah tidak boleh sungkan untuk meminta bimbingan bagaimana memakai pakaian ihram yang nyaman dan sah menurut fikih.
Seperti menggunakan ikat pinggang atau sabuk di atas pusar.
Lalu ikat pinggang digulung dengan kain ihram, sehingga sabuk tidak terlihat.
Termasuk cara menggunakan kain ihram yang nyaman, serta tidak mengekang gerakan kaki dan tangan. (lyn/wan/jawa pos)