Kisah Sukses Regenerasi Petani di Lembang Agri Kabupaten Bandung Barat

Kisah Sukses Regenerasi Petani di Lembang Agri Kabupaten Bandung Barat
Suasana Lembang Agri di Kampung Pengkolan, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Regenerasi petani menjadi kisah sukses lain yang dapat dikedepankan dari Lembang Agri. Foto: Azam Munawar/Radar Bandung

RADARBANDUNG.ID, BANDUNG BARAT Mengulik kesuksesan yang bisa dikisahkan dari Lembang Agri nyatanya bukan hanya tentang kemampuannya memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani lewat sejumlah komoditas hortikultura yang ditanam. Regenerasi petani menjadi kisah sukses lain yang dapat dikedepankan dari Lembang Agri.

Kisah sukses yang tidak bisa dilepaskan dari perjuangan sosok berusia 48 tahun bernama Dodih. Sekitar tahun 2008 Dodih memutuskan berhenti bekerja di sebuah perusahaan di kawasan industri Cikarang Bekasi.

Dodih memilih pulang kampung guna membangun pertanian di Kampung Pengkolan Desa Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat (KBB). Meski berlatar belakang dari keluarga petani, pada awalnya Dodih tetap saja menemukan banyak hambatan.

Baca Juga : 3.718 Desa Aktif Berkomitmen untuk Maju! Ini Desa BRILian Terbaik yang Siap Bersaing di Nugraha Karya 2023

Seperti hambatan yang berkaitan dengan teknologi, hasil pertanian yang belum maksimal baik dari sisi kuantitas maupun kualitas hingga persoalan yang berkaitan dengan pasar. Terlebih lagi, saat itu keberadaan bandar begitu dominan menentukan harga komoditas pertanian.

Bahkan, tak jarang bandar sengaja menjerat petani melalui kemudahan pinjaman modal bertani. Akibat hutang ini,  petani tak memiliki daya upaya apapun. Situasi yang membuat sektor pertanian tak lagi dianggap berprospek bagus oleh generasi muda.

Problematika demi problematika itu coba diurai Dodih dengan membentuk Kelompok Tani Tauhid. Bak gayung bersambut, anggota kelompok tani ini ternyata terus menyebar hingga desa-desa tetangga seperti Cikole, Langensari, serta Wangunharja.

Baca Juga : Kolaborasi KoinWorks dan Tokban Hadirkan Tokban PayLater untuk UMKM Toko Bangunan

Bersama teman-temannya, Dodih lantas membentuk gabungan kelompok tani (Gapoktan) untuk mengakomodir kepentingan petani anggotanya. Gapoktan yang beranggotakan kurang lebih 245 petani ini menjadi cikal bakal terbentuknya Lembang Agri.

Angin segar mulai berembus setelah kerja keras Dodih  rupanya dilirik Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Jawa Barat. Di tahun 2015 Lembang Agri  dimasukkan sebagai mitra binaan KPw BI Jawa Barat kluster Agribisnis.

Dodih mengakui hal itu berkontribusi besar terhadap kemajuan Lembang Agri. “KPw BI Jawa Barat membantu meng-up grade infrastruktur sampai sumber daya manusia (SDM) yang ada di lingkungan Lembang Agri. Semua itu manfaatnya besar bagi kami,” tutur Dodih saat diwawancara, Rabu (25/10/2023).

Baca Juga : Kolaborasi KoinWorks dan Tokban Hadirkan Tokban PayLater untuk UMKM Toko Bangunan

Perlu diketahui Lembang Agri bersama para petani anggotanya mengelola lahan hingga sekitar 110 hektare. Adapun komoditas yang dihasilkan berupa sayur mayur seperti paprika, buncis Kenya, tomat, selada, serta cabai.

Dodih lantas mencontohkan salah satu up-grade infrastruktur yang dilakukan KPw BI Jawa Barat berupa pembuatan sumur bor dan pipanisasi. Menurut Dodih sumur bor dibuat di 4 titik dimana setiap sumur bor mampu mengairi lahan hingga 6 hektar.

Sementara pipanisasi dibangun di lahan yang dikelola Kelompok Tani Berkah Tani Saluyu dan Mulyatani. Dodih menyebutkan sumur bor serta pipanisasi ini bermanfaat mengatasi persoalan pengairan lahan di musim kemarau.

Tak hanya itu saja. KPw BI Jawa Barat meng-up grade SDM melalui pelatihan-pelatihan rutin. Pelatihan SDM ini mencakup pula tentang teknologi terkini. Termasuk teknologi digital yang saat ini sudah menjadi kebutuhan.

“Dengan digitalisasi ini, Lembang Agri bisa menjadi percontohan smart farming di Indonesia,” jelas Dodih.

Saat ini, Lembang Agri memiliki Pusat Pelatihan dan Pertanian Perdesaan (P4S) yang telah diakui manfaatnya oleh Kementerian Pertanian.

Manfaat lain yang diperoleh sebagai binaan KPw BI Jawa Barat berkaitan dengan pasar dan pembiayaan. Untuk pasar, sebut Dodih, KPw BI Jawa Barat kerap mengajak ikut pameran-pameran guna membuka potensi di pasar yang baru.

Hasilnya, memang terasa. Pasar komoditas sayur mayur Lembang Agri tak lagi dominan ke pasar induk di Jakarta maupun pasar tradisional. Komoditas sayur mayur mulai merambah pasar ekspor seperti buncis Kenya yang diekspor ke Singapura dan Malaysia dengan volume 1-2 ton.

Lalu, komoditas sayur mayur lainnya yang mulai merambah pasar modern (supermarket) serta memasok kebutuhan restoran besar di Tangerang. “Artinya kami telah mampu memenuhi standar seperti kualitas, kapasitas, kontinuitas yang lazimnya berlaku di pasar modern, restoran maupun pasar ekspor,” terang Dodih.

Akan halnya pembiayaan, sebagai mitra binaan KPw BI Jawa Barat, membuka akses pembiayaan ke lembaga keuangan. Hal ini memutus ketergantungan pembiayaan hutang dari bandar yang tidak menguntungkan petani.

Dodih menyebut saat ini akses ke perbankan semakin mudah. Hal itu dibuktikan melalui skema kredit usaha rakyat (KUR) Bank BJB yang bisa diakses petani anggota Lembang Agri.

Yang tak kalah menarik, perubahan sikap generasi muda yang dulu sama sekali tak melirik sektor pertanian. Dengan segala hasil yang mampu ditunjukkan Lembang Agri, generasi muda berminat terhadap pertanian.

“Regenerasi petani semakin banyak. Anak-anak muda kini memilih ikut orang tuanya mengolah areal pertanian yang dimiliki daripada urban bekerja di kota besar. Sekitar  80 persen anggota Lembang Agri kini sudah mulai alih generasi ke generasi kedua,” sebut Dodih.

Tak hanya itu saja. Generasi muda yang lazim disebut Gen Z tidak sedikit yang ikut magang sebagai petani di Lembang Agri. Gen Z ini memperoleh berbagai bekal pelatihan keahlian pertanian mumpuni sebagai bekal masa depannya.

Secara terpisah, Ketua Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat, Entang Sastraatmaja, berpendapat minat generasi muda terhadap sektor pertanian memang terus berkurang. Alasannya, sektor pertanian dianggap tidak lagi prospektif.

“Bahkan ada petani yang malah menjual lahan pertaniannya demi pendidikan anak. Mereka tidak mau anaknya menjadi petani. Ya, karena petani tidak lagi dianggap punya masa depan bagus dibandingkan sebagai ASN, misalnya,” imbuh Entang.

Agar generasi muda kembali berminat menggarap lahan pertanian, Entang memberikan masukan. Yakni, berbagai program pertanian dilakukan secara sistemik sebagai gerakan bersama lintas sektoral.

Entang mengkritik masih adanya ego sektoral dalam implementasi program-program pertanian saat ini. Bahkan, program-program itu terkesan hanya sebagai sebuah proyek pencintraan yang tidak berkesinambungan.

“Buat program-program yang sistemik sebagai sebuah gerakan yang melibatkan lintas sektor. Hilangkan dulu ego sektoral yang masih ada. Sektor pertanian harus jadi back-bond kepentingan bersama,” harap Entang.

Sementara itu, Bank Indonesia terus melakukan berbagai program melalui berbagai gerakan ketahanan pangan. Program ini dilakukan bersinergi bersama berbagai pihak. Di antaranya  melalui Gerakan Menanam Cabai sebagai upaya penguatan ketahanan pangan strategis.

“Sebanyak 2,39 juta polybag cabai ditanam melalui gerakan ini di 46 KPw BI di seluruh Indonesia,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat kick off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) pada 5 April 2023 silam. Ketersedian pangan sendiri merupakan langkah pengendalian inflasi pangan di Indonesia. (Azam Munawar)

Editor : Azam Munawar

# #



Iklan RB Display B

Berita Terbaru

Iklan RB Display C




Berita Terkait Ekonomi Bisnis


Iklan RB Display D