Tidak Tumbang Dihantam Politisasi Kanjuruhan

Mochamad Iriawan

RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Ditengah prestasi gemilang Mochamad Iriawan sebagai Ketua PSSI yang berhasil survive di masa pandemi Covid 19, persepak bolaan Indonesia diguncang musibah Kanjuruhan. Sederet kejanggalan terjadi dalam tragedi Kanjuruhan, stadion yang sesuai SOP dan sering digunakan untuk pertandingan sepak bola di Kota Malang kali pertama menelan korban dan terjadi kesalahan tekhnis dengan kompleksitas tinggi, dari panitia penyelenggara sampai sistem pengamanan yang bertindak lalai melebihi kewenangan yang menelan korban jiwa.

Demikian disampaikan, Pemerhati Sosial R.Ay Mayyasari Timur Gondokusumo kapada Radar Bandung, Jumat  (19/5/2023).  “Yang sebetulnya sangat jauh dari tanggung jawab secara tekhnis, struktural dan hierarki PSSI sebagai regulator tertinggi, karena pelimpahan pelaksanaan pertandingan sepenuhnya telah terjadi pada delegasi LIB, club dan panitia pelaksana, termasuk system security lapangan,” ujar Mayyasari.

Menurut dia, kejanggalan terlihat mulai dari perubahan jadwal pertandingan yang terlalu malam sampai desakan permintaan dan jadwal KLB yang tidak sesuai prosedur resmi FIFA dan STATUTA FIFA, karena tidak ada urgenitas melakukan KLB. Dalam organisasi PSSI di tengah prestasi Mochamad Iriawan sebagai Ketua PSSI yang mampu mempertahankan eksistensi dan menjalankan keberlangsungan organisasi dimasa sulit pandemi Covid dengan proses transformasi dan prestasi yang mumpuni, jadi terkesan sangat dipaksakan dengan manuver manuver yang tidak fair dari luar, benturan / kontra regulasi dan mis procedural.

“Hal itu ditandai dengan agenda pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden FIFA Gianni Infantino yang disampaikan oleh salah satu menterinya presiden Jokowi yang tidak memiliki jabatan struktural dalam organisasi PSSI saat itu telah mengadakan pertemuan dengan presiden FIFA Gianni Infantino di Doha Qatar pada tanggal 5 Oktober 2022,” bebernya.

Lantas, lanjut Mayyasari, selang tidak lama dari pertemuan Presiden FIFA Gianni Infantino dengan Presiden Joko Widodo 10 Oktober 2022 di istana negara tanpa dihadiri Ketua PSSI dan pejabat PSSI lainnya, walaupun secara prosedur PSSI adalah kepanjangan tangan dari FIFA dalam ranah sepak bola dunia, bukan presiden ataupun menteri.

Surat permintaan KLB yang dikirimkan PSSI ke Sekjen FIFA di Zurich Swiss justru dibalas oleh Ketua Asosiasi anggota FIFA Kenny Jean Marie di Paris Perancis yang tidak sesuai kewenangan dan belum pernah terjadi di sejarah FIFA sebelumnya. “Seharusnya Sekjen PSSI Yunus Yusri mengkroscek keabsahan surat balasan dari Paris tersebut atas kontra prosedural dalam FIFA tersebut yang mengeluarkan jadwal KLB yang dirasa tidak relevan saat itu karena melanggar statuta FIFA,” tandasnya.

Lebih parahnya lagi, sambung Mayyasari, lembaga survey Indikator Politik mengeluarkan nama salah satu menterinya Jokowi sebagai kandidat calon Ketua PSSI yang baru diurutan teratas sebelum masa berakhirnya Mochamad Iriawan sebagai Ketua PSSI. Tidak ada yang salah, namun seharusnya secara etik mereka menunggu sampai masa jabatan ketua PSSI yang lama berakhir secara administratif terlebih dahulu.

“Survey yang dilakukan kepada pemilik club dan Asprov PSSI seluruh Indonesia untuk menghindari subjectivitas. Setidaknya sekarang rakyat dapat menilai bahwa hati yang tulus dalam memimpin tanpa tendensi politik ada pada kepemimpinan Mochamad Iriawan yang selalu rela berkorban pasang badan untuk kejayaan dan kehormatan PSSI dan seluruh institusi bangsa ini,” imbuhnya.

Untuk diketahui sejak Mochamad Iriawan resmi terpilih sebagai Ketua Umum PSSI periode 2019-2023, Timnas mulai digembleng hingga akhirnya bisa lolos Piala Asia 2023. Kemenangan ini sudah ditunggu selama 17 tahun tidak pernah lolos. Begitu juga masa penantian 33 tahun Timnas putri lolos Piala Asia. Tak hanya itu saja ranking FIFA Timnas berhasil menduduki ranking 151 dari sebelumnya ranking 179.

(apt)

Editor : Ardyan

# #



Iklan RB Display B

Berita Terbaru

Iklan RB Display C




Berita Terkait Olahraga


Iklan RB Display D