Kata Rasyid, dengan semua indikator tersebut maka Indonesia tidak perlu terlalu khawatir dengan ancaman resesi, karena memiliki domestik market yang kuat. Kewaspadaan pada ekspor, dimana harga komoditas yang sempat melambung tahun ini, tampaknya akan menurun, seiring pelambatan permintaan di pasar global.
“Alhamdulillah, pada case Indonesia, Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 (tahun resesi global) berada di kisaran 4,5% – 5,3%, dan akan terus meningkat menjadi 4,7% – 5,5% pada 2024. Bahkan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) diprakirakan menurun dan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5±1% pada 2024, dengan inflasi inti akan kembali lebih awal pada paruh pertama 2023,” paparnya.
Akan tetapi, kata Rasyid, pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut akan lebih kuat dimasa depan jika ditopang dengan kualitas SDM yang unggul, apalagi peran mahasiswa Islam menyongsong menuju Indonesia Emas 2045.
Rasyid menyebut, mahasiswa merupakan “elit” sosial sebagai kelas menengah. Kelas ini dalam sejarahnya selalu menjadi pionir perubahan
“Dulu pemuda menjadi ujung tombak dalam revolusi fisik melawan penjajah. Lalu juga menjadi pemain penting dalam reformasi. Kini setelah demokrasi bersemi tugas yang tak kalah berat menanti mahasiswa, yaitu menjadi Game Changer di komunitas dan masyarakat Khususnya memberi dampak positif bagi masyarakat dalam ekonomi dan kesejahteraan,” paparnya.
Baca Juga: Rasyid Rajasa Dorong Semangat Belajar Anak dengan Bagi-bagi Sepeda
Rasyid juga beberkan peluang yang bisa dilakukan mahasiswa/ anak muda di tengah situasi menantang saat ini. Pertama, mengasah jiwa kemandirian, dimana anak muda tidak tergantung pada siapa pun, bahkan bisa mengcreate suatu produk/ jasa dan bisa membuka lapangan kerja.
“Tren global dan nasional juga mendukung gejala itu, dimana Gen-Y (Milenial) dan Gen-Z tidak lagi menjadikan posisi “Pekerja” sebagai tujuan. Mereka justru banyak yang berani melakukan bisnis dari skala mikro, dan tidak takut mencoba hal baru (Entrepreneurship),” paparnya.
Baca Juga: Rasyid Rajasa: Olahraga Lari jadi Alternatif Pilihan di Tengah Pandemi Covid-19
Jiwa kemandirian itu juga sudah Rasyid lakukan. Ia bercerita ketika lulus kuliah memutuskan untuk berwirausaha yakni budidaya ikan lele di Bekasi karena ia membaca peluang pasarnya sangat besar.
Lihat saja berapa banyak warung/ kedai yang menjajakan ikan lele sebagai menu andalan. Misalnya “Warung Tenda Lamongan” yang tersebar di seluruh Jakarta. Juga Bandung. Belum lagi kedai dan warung lainnya.
“Saya tidak memungkiri bahwa dengan posisi saya saat itu, tidak mengalami kesulitan dalam permodalan. Tapi dalam banyak kasus yang dialami teman saya, dimana mereka juga berangkat dari nol, namun bisa sukses. Kuncinya bukan di modal, namun visi bisnis kita dan semangat entrepreneurship,” ujarya.