Oleh Hazairin Sitepu
Sudah sebulan ini dia tidak mengetuk pintu ruang kerja saya. Juga tidak lagi menemui saya di D’Bozz Cafe. Padahal saya harus tandatangani cheque untuk gajian karyawan dan biaya-biaya produksi.
Dia telah pergi untuk selamanya. Innaalillaahi wainnaa ilaihi raaji’uun. Faisal Hilmi menemui ajalnya Kamis siang, di RS PMI Bogor. Usianya 44 tahun. Kami kehilangan General Manager (GM) Radar Cianjur yang masih muda itu.
Dua hari dia dirawat di rumah sakit PMI setelah sebelumnya lebih dari satu bulan berbaring di rumahnya. Nelyani Surbakti, isterinya, dengan tekun dan sabar merawatnya. Sepanjang waktu sebulan sepuluh hari.
Sekali saya menjenguknya di rumah. Sempat ngobrol panjang. Keadaan kesehatannya tampak tidak parah. Alumni Jurusan Komunikasi Islam IAIN Sunan Gunung Djati Bandung itu seperti baik-baik saja. Kecuali rasa nyeri yang masih mendera setelah operasi usus buntu.
Seminggu belakang saya dapat kabar bahwa Faisal perlu penanganan lebih serius. Tiga hari yang lalu dilarikan ke Rumah Sakit PMI Bogor lantaran keadaan kesehatannya makin memburuk.
Beberapa jam setelah di kamar perawatan, saya video call dengannya melalui handphone Rawin Surwintono, manager personalia Radar Bogor.
Wajahnya tampak pucat. Tetapi masih bisa berbicara. Hanya saja responnya agak lambat. “Terima kasih Pak,” itulah kata paling terakhir Faisal kepada saya.
Kamis siang saya datang ke ruang perawatannya setelah dapat kabar dia kehilangan kesadaran. Keadaannya memang sudah sangat kritis. Tekanan darahnya 90/50.
Saturasinya tidak dapat diukur, meskipun pengukurannya berkali-kali diulang oleh Suster. Apakah jantung yang tidak lagi dapat mendistribusikan oksigen ke dalam darah, ataukah pengukur saturasi yang bermasalah.
Bapak Hidayat dan Ibu Odah, ayah dan ibu kandung Faisal, tiba di sisi ranjang perawatan kira-kira sepuluh menit di depan saya. Ismayati, adik perempuan Faisal tiba berselang 20 menitan di belakang saya. Nelly, sambil memegang erat tangan kiri suaminya itu, tampak terus memberi semangat. Meskipun ia terus berurai air mata.
Masuk tahun keenam Faisal memegang jabatan General Manager PT Cianjur Ekspres Media. Perusahaan yang menerbitkan Radar Cianjur. Sebelum itu manager iklan Radar Bogor.
Empat tahun di tangan Faisal, usaha Radar Cianjur berjalan baik. Cianjur malah menjadi perusahaan dengan followers Instagram terbanyak setelah Radar Bogor. Menjadi juara koran paling kreatif Radar Bogor Grup.
Faisal memang membimbing anak-anak muda Radar Cianjur untuk terus berkreasi. Cianjur malah lebih dulu punya studio (pusat produksi kreatif) dibanding induknya Radar Bogor.
Dua tahun belakangan ketika masa Pandemi Covid-19, Faisal dan karyawannya harus berjibaku menyelamatkan perusahaan. Keadaan memang sangat sulit. Semua perusahaan mengalaminya.
Luarbiasa. Faisal masih bisa menggaji semua karyawannya. Terima kasih atas perjuangan mu. Atas dedikasi mu.
Saya memang meminta kepada 12 GM di Jawa Barat agar membuat perusahaan-perusahaan mereka memiliki daya tahan di masa sangat sulit itu.
Jika bisa memenuhi kebutuhan biaya produksi, operasional dan membayar gaji karyawan, maka bisa bertahan. Faisal berhasil melakukan itu. Dan perusahaan-perusahaan kami sampai hari ini masih bisa bertahan.
Sebagai direktur, semua dokumen penting perusahaan Radar Cianjur wajib saya tandatangani. Termasuk cheque. Karena itu Faisal sering ke Bogor untuk minta tandatangani saya.
Sambil menunggu saya, Faisal biasanya duduk ngobrol dengan para manager dan beberapa GM di D’Bozz Cafe. Yaa…sambil merokok. Faisal memang perokok berat. Tempat duduk favoritnya bangku besi sebelah pojok, di bawah pohon rambutan.
Dua bulan lebih saya tidak melihat dia duduk di situ. Ia sudah terbaring di rumahnya. Dan Kamis siang, pkl 13:12, Ia telah pergi untuk selamanya.
Selamat jalan Faisal. ***