MATAN Music Bless, Moderasi Keberagamaan Melalui Pendekatan Kebudayaan

MATAN Music Bless, Moderasi Keberagamaan Melalui Pendekatan Kebudayaan
Perbincangan “MATAN Music Bless” yang disiarkan langsung melalui kanal Youtube Komuji Indonesia Rabu, 29 September 2021/Istimewa

RADARBANDUNG.id- FENOMENA pengerasan pemahaman keagamaan yang masih cukup terasa dalam beberapa tahun terakhir ini di antaranya dipicu bergesernya tradisi keislaman yang semula berkembang, terutama melalui pendekatan kebudayaan menjadi terlalu didominasi aspek fiqih (pemahaman hukum) semata.

Hal tersebut terungkap dalam perbincangan “MATAN Music Bless” yang diselenggarakan Pengurus Pusat dan Pengurus Wilayah MATAN (Mahasiswa Ahlith-Thoriqoh al Mu’tabaroh an-Nahdliyyah) Jawa Barat bersama Komuji (Komunitas Musisi Mengaji).

Dalam kegiatan yang disiarkan langsung melalui kanal Youtube Komuji Indonesia Rabu, 29 September 2021 ini, hadir sebagai pembicara utama Gus Hasan Chabibie selaku Plt. Ketua Umum PP MATAN dan Dr Ajid Thohir sebagai Ketua PW MATAN Jawa Barat.

Penyelenggaraan MATAN Music Bless perdana ini juga menghadirkan Habib Husein Ja’far Al-Hadar, DR Asep Salahudin dan Kalis Mardiasih. Selain itu, hadir pula Kholil Mahmud (vokalis Efek Rumah Kaca), Dewi Gita dan Panji Sakti (song writer dan composer) yang ikut berbagi pengalaman mereka.

Dalam pembukaan MATAN Music Bless yang mengangkat tema “Khazanah serta nilai sufisme dalam perkembangan sosial dan budaya popular” ini, Gus Hasan yang juga merupakan Plt. Kepala Pusdatin Kemendikbud menjelaskan, unsur-unsur kebudayaan seperti musik, tari ataupun sya’ir sesungguhnya merupakan bagian dari tradisi keislaman, khususnya dalam tradisi tasawuf yang menjadi metode para sufi.

“Dalam proses para sufi mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, tak jarang di antara mereka menggunakan musik sebagai sarana untuk mendekatkan diri dan mensucikan rohaninya, mereka menggunakan tarian, menggunakan syair-syai,” tutur Gus Hasan.

Dalam pandangan Gus Hasan, perkembangan Islam di Nusantara tidak bisa dilepaskan dari pendekatan kebudayaan yang dilakukan oleh para penyebar Islam di awal kehadirannya.

“Sebagai contoh misalnya, Sunan Kalijaga yang melahirkan banyak sekali tembang-tembang,” ungkapnya memberikan contoh.

Perbincangan kemudian dilanjutkan para pembicara lainnya, yang secara umum menguraikan perlunya penguatan kembali pendekatan kebudayaan dalam khazanah keberagamaan di masyarakat saat ini.

Tampil sebagai pembicara pertama, Asep Salahudin yang merujuk pandangan Ibnu Arabi mengungkapkan,  dalam Al-Quran, sifat-sifat jamaliyah atau feminim Allah yang mensiratkan keindahan pada dasarnya lebih banyak disebutkan daripada sifat-sifat jalaliyah atau maskulinitasnya.

Kalis Mardiasih juga mengamini paparan Dr. Asep sambil menambahkan bahwa pandangan ini yang tampaknya tidak cukup populer dalam sikap keberagamaan saat ini.

Sementara itu, Habib Husein menunjukkan peran penting para seniman yang bergerak di ruang kebudayaan dalam dakwah.

Menurutnya, para seniman atau musisi dapat menyampaikan pesan-pesan keagamaan ke lebih banyak pendengar daripada pendakwah.

Baca Juga: Uki Eks NOAH Sebut Musik Haram dan Pintu Maksiat, Rhoma Irama Bicara

Sejalan dengan para pembicara lainnya, Gus Hasan juga menekankan relevansi paparan mereka dengan pilihan lembaganya yang bekerjasama dengan Komuji dalam menyelenggarakan event MATAN Music Bless kali ini.

Menurutnya, Komuji sebagai komunitas musisi yang dekat dengan kalangan anak muda dianggap dapat menjadi jembatan bagi pesan-pesan yang ingin disampaikan MATAN kepada para anak muda, di antaranya pesan moderasi dan inklusivitas keberagamaan yang disampaikan melalui kemasan kebudayaan populer seperti MATAN Music Bless. (nto)

Editor : Ali Yusuf

#



Iklan RB Display B

Berita Terbaru

Iklan RB Display C




Berita Terkait Lifestyle


Iklan RB Display D