RADARBANDUNG.id, – SETIAP 17 Agustus kesadaran kolektif bangsa Indonesia diingatkan kembali mengenai arti kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan Indonesia bukan hanya diperingati dengan indahnya kembang api atau acara yang megah, tapi mengingatkan kembali tujuan berdirinya bangsa ini.
Demikian diungkapkan Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, dalam webinar kebangsaan yang dihelat DPP LDII secara daring (15/8/2021).
Menurutnya, para pendiri bangsa telah menetapkan tujuan berdirinya bangsa dan negara ini dengan sangat elok, dalam pembukaan UUD 1945.
“Itulah jalan di kaki menetap untuk membangun Indonesia,” ujar Chriswanto.
Lebih lanjut Chriswanto menambahkan, siapapun eksekutif pelaksana pemerintahan, pembukaan UUD 1945 menjadi acuannya. Kondisi dunia yang sedang prihatin akibat pandemi Covid-19 memberikan hikmah agar rakyat Indonesia saling bergotong royong, menyedekahkan harta dan tenaga yang dimiliki dalam penanganan pandemi Covid-19.
Selain itu, pandemi Covid-19 juga memunculkan kesadaran pentingnya urusan kebangsaaan.
“Musuh kebangsaan itu muncul untuk merusak persatuan dan kesatuan, berupa hoaks yang bertebaran di media sosial,” ungkapnya.
Hal itu, bisa merusak pengikat kita sebagai bangsa yang terdiri dari beragam ras, suku, dan agama. Sehingga, menyatukan perbedaan menjadi sesuatu yang memiliki nilai tertinggi saat Indonesia telah merdeka dan wawasan kebangsaan harus selalu diberikan.
“Harus selalu kita ingat bahwa kita adalah bangsa yang besar, bangsa yang satu, bahwa Indonesia dibentuk dan lahir dari perbedaan yang ada,” ujarnya.
Kasubdis Lingkim Direktorat Bela Negara Ditjen Potensi Pertahanan Umum Kemhan Kolonel Adm Amiruddin Laupe menambahkan, dalam menghadapi pandemi, tugas sebagai warga negara bukanlah mengeluh terhadap apa yang diberikan Alloh, namun bagaimana berikhtiar mengatasi bersama-sama Covid-19 dan kembali membangun perekonomian menuju Indonesia Emas 2045. Hal ini juga sesuai dengan tema Kemerdekaan Indonesia, ‘Indonesia Tumbuh, Indonesia Tangguh’.
“Alangkah baiknya pandemi Covid-19 dijadikan penguat nilai-nilai gotong royong dari para pendahulu bangsa Indonesia, yang perlu ditanamkan hingga kini,” tutur Amiruddin.
Sementara itu, Ketua DPW LDII Provinsi Jawa Barat, Dicky Harun menambahkan, pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam keseharian merupakan kewajiban bagi masing-masing warga negara Indonesia sebagai ungkapan rasa syukur kepada para pejuang kemerdekaan dan untuk meneruskan perjuangan dalam melawan hal-hal yang merusak disintegrasi bangsa.
“Saat ini miris sekali karena banyak beredar berita-berita bohong yang merusak nilai ketahanan bangsa. Mari kita berjuang melawan hoaks, karena penjajahan masa kini bentuknya bukan seperti dulu, namun berupa provokasi dan hasutan yang memecah belah bangsa,” ucapnya.
Direktur Bina Ideologi, Karakter, dan Wawasan Kebangsaan, Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum, Drajat Wisnu Setyawan mengingatkan, nilai luhur Pancasila seharusnya menjadi pondasi dan praktik bernegara. Namun, justru kini pemaknaannya yang dicetuskan Bung Karno pada 1 Juni 1945 semakin pudar.
“Perlu sinergi bersama antara pemerintah, masyarakat, ormas dan lainnya untuk membumikan Pancasila,” kata Drajat.