Lailatul Qadar disebut dalam Al-Qur’an sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Lalu, kapan malam Lailatul Qadar pada Ramadhan 2021 tiba?
RADARBANDUNG.id – TERDAPAT satu malam pada bulan suci Ramadhan yang amat mulia saat Al-Quran diturunkan dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia.
Malam itu, malam Lailatul Qadar. Malam yang lebih mulia dari seribu bulan.
Umumnya, umat muslim akan kian giat beribadah pada sepuluh hari terakhir, terutama saat tanggal ganjil. Semangat itu, bukan tanpa dasar. Sebab, Lailatul Qadar disebut dalam Al-Qur’an sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Artinya, suatu amal kebaikan berlipat-lipat nilainya bila dilakukan di malam istimewa ini ketimbang malam-malam biasa.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ, لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ، سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (Q.S. al-Qadr [97]: 1-5)
Kapan Malam Lailatul Qadar Ramadhan 2021?
Tidak ada kepastian tentang kapan persisnya Lailatul Qadar tiba. Al-Quran dan hadits pun tak menjelaskan tentang hal itu.
Hakikat hari atau tanggal terjadinya Lailatul Qadar tetaplah menjadi misteri. Kondisi ini menyimpan hikmah, salah satunya agar semua orang tekun beribadah sepanjang Ramadhan tanpa mesti terikat waktu tertentu.
Namun demikian, melansir laman NU Online, Rasulullah memberi semacam kisi-kisi seputar kapan datangnya malam Lailatul Qadar.
Pesan itu seperti yang tampak dari hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim yang memerintahkan umat Islam berburu Lailatul Qadar pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan.
Rasulullah sendiri meningkatkan intensitas ibadah malam hari pada sepuluh hari terakhir itu, bahkan tak segan membangunkan keluarganya.
Hadits lain yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dari Aisyah radliyallahu ‘anha mengatakan,
“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan).”
Lailatul Qadar sebagai pengalaman spiritual juga pernah dirasakan oleh para sahabat Nabi.
Ibnu Umar mengaku bermimpi sebagaimana mimpi-mimpi sahabat lain bahwa Lailatul Qadar terjadi pada tujuh hari terakhir.
Berdasar sumber-sumber tersebut, para ulama kemudian berusaha meneliti pengalaman mereka dalam menemukan Lailatul Qadar.
Menurut keterangan Fathul Qarib, Hasyiah Al-Bajury, dan Fathul Muin beserta ‘Ianatut Thalibin, Imam Syafii menyatakan Lailatul Qadar itu ada pada sepuluh akhir Ramadhan, lebih-lebih pada malam ganjilnya, dan yang paling diharapkan adalah pada malam 21, atau 23 Ramadhan.
Sebagian ulama berpendapat tak ada kaidah baku tentang kapan Lailatul Qadar. Sebagian lagi berpendapat sebaliknya. Di antara ulama yang menyatakan ada kaidah atau formula untuk mengetahui itu adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H- 505 H) dan Imam Abul Hasan as Syadzili.
Bahkan dinyatakan bahwa Syekh Abu Hasan semenjak baligh selalu mendapatkan Lailatul Qadar dan menyesuai dengan kaidah ini.
Baca Juga: Niat Puasa Ramadhan dan Doa Berbuka Lengkap dengan Artinya
Tentang kaidah menandai Lailatul Qadar ala Imam al-Ghazali ini, setidaknya ada dua versi penjelasan.
Namun, keduanya mengajukan teori yang sama bahwa Lailatul Qadar bisa diterka dari hari pertama bulan Ramadhan. Versi pertama tercatat dalam kitab I’anatuth Thalibin dan Hasyiyah al-Jamal, sementara versi kedua bisa dijumpai keterangannya dalam Hasyiyah al-Bajuri.
Versi pertama, jika awal Ramadhan jatuh pada hari Ahad atau Rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29. Jika awalnya jatuh pada Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21.
Jika awalnya jatuh pada hari Selasa atau Jumat maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27.
Jika awalnya jatuh pada hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25. Jika awalnya jatuh pada hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23.
Kaidah ini mendapat testimoni dari Syekh Abul Hasan As-Syadzili. Ia mengatakan, “Semenjak saya menginjak usia dewasa Lailatul Qadar tidak pernah meleset dari jadwal atau kaidah tersebut.”
Versi kedua, jika awal puasanya Jumat maka pada malam ke-29. Jika awal puasanya Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21. Jika Ahad maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27.
Jika Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29. Jika Selasa maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25. Jika Rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27. Jika Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada sepuluh akhir malam-malam ganjil.
Kaidah itu tercantum dalam kitab-kitab para ulama termasuk dalam kitab-kitab fiqih bermazhab Syafi’i (fiqh Syafi’iyyah).
Rumus ini teruji dari kebiasaan para ulama yang telah menemui Lailatul Qadar. Kaidah itu merupakan sebuah ijtihad dan pengalaman spiritual pribadi-pribadi, sangat wajar bila ulama lain memiliki versi hitungan yang berbeda.
Baca Juga: Keistimewaan, Kemuliaan dan Keutamaan Bulan Ramadhan
Tentang kepastian kebenarannya, jawaban terbaiknya adalah wallahu a’lam (hanya Allah yang paling tahu).
Karena itu, walaupun titik pusat konsentrasi qiyam Ramadhan dan ibadah boleh diarahkan sesuai dengan kaidah tersebut, para ulama menyarankan untuk terus mencari malam yang penuh kemuliaan itu di malam atau tanggal apa saja, dan terutama pada malam ganjil, dan terutama pada malam-malam sepuluh akhir, dan terutama lagi pada malam ganjil di sepuluh akhir.