Kemudian novel-novel romansa, mulai dari penulis Mira Widjaja sampai Barbara Cartland dengan koleksi novel fiksi romantisnya.
Kondisi buku-buku tersebut masih tersimpan rapih. Iding merawatnya, bak anak sendiri. Setiap hari, dia bersihkan buku-buku dari debu yang menempel.
Di tengah pandemi Covid-19, ia juga semprotkan cairan disinfektan supaya pengunjung tetap aman ketika membacanya.
Kini, Taman Bacaan Hendra berupaya bertahan di tengah perkembangan teknologi. Menjaga relasi yang sudah puluhan tahun dibangun menjadi alasan mengapa tempat ini tetap buka.

Baca Juga: Majelis Sastra Bandung Bukukan Puisi Anak Indonesia
Generasi kedua TB Hendra, Atie Hendra menyebut, ini bukan perihal materi saja. Ada banyak memori yang tidak bisa ia buang begitu saja.
“Sekarang yang baca di sini sudah generasi ketiga. Bisa dibayangkan relasinya dari tahun berapa. Bahkan ada yang ketemu jodoh di sini. Karena TB Hendra mereka (anggota dan pengunjung) seperti punya keluarga yang dekat. Pokonya kalau Oma (Juliana) istilahnya seperti pulang ke rumah,” ujar Atie.
Untuk menarik peminat baru, TB Hendra kini menghadirkan kafe. Selain membaca buku, pengunjung bisa sekaligus mencicipi makan dan minum pada kafe yang diberi nama Ency Coffee & Library.
Lokasinya ada di halaman depan taman bacaan dengan konsep minimalis. (*)