Untuk warga tidak mampu dan pelaku UMKM, Achmad mengatakan seharusnya Pemkot Bandung membantu mereka bukan hanya dari segi pelatihan untuk membuat produk saja. Yang paling penting adalah bantuan permodalan dan kemampuan untuk menjual.
“Dalam hal permodalan dan menjual barang yang sudah diproduksi, merupakan sesuatu yang sulit bagi pelaku usaha,” tambahnya.
Demikian juga dengan bantuan yang sudah didapatkan, Achmad mengatakan harus dipantau dan didampingi, apakah bantuan itu digunakan untuk modal atau malah digunakan untuk sesuatu yang sifatnya konsumtif.
Di sisi lain, penting juga Kabupaten dan Kota berlomba-lomba membuat konsep bantuan untuk pelaku UMKM dan masyarakat terdampak Covid-19. Sehingga jangan hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah pusat.
Di bidang Pendidikan, Achmad meminta Dinas Pendidikan (Disdik) untuk membuat konsep pembelajaran jarak jauh yang tidak membosankan untuk siswa.
“Semua orang sudah jenuh dengan pembelajaran jarak jauh ini. Baik siswa juga orang tua yang pasti terbebani. Karenanya, Disdik harus mampu mengkonsepkan cara belajar yang menyenangkan,” tegasnya.
Sedangkan di dunia Kesehatan, Achmad mengingatkan agar Pemkot Bandung bisa mempercepat pelayanan kesehatan jika mendengar ada informasi yang terpapar Covid-19, agar tidak ada kluster baru lagi.
“Segera melakukan tracing dan rechecking jika ada warga yang terpapar. Pastikan ada ruang isolasi mandiri di wilayahnya, dan ajak warga untuk punya empati dan menghilangkan rasa takut di warga, agar mereka mau membantu tetangganya yang melakukan isolasi mandiri. Sehingga yang terpapar pun tidak merasa diasingkan,” harapnya.
Achmad sendiri mengaku heran dengan pola pikir sebagian warga, yang takut memberikan bantuan kepada tetangga yang terpapar Covid-19, namun mereka santai berkerumun dan berekreasi.
“Hal ini terjadi karena ada pemahaman konsep yang salah di tengah masyarakat,” katanya.
Karenanya harus dibuka ruang diskusi dan komuniksi antara warga dan pemerintah, agar mereka bisa mendapatkan informasi yang menyeluruh dan sempurna.
(adv)