RADARBANDUNG.id – KASUS Covid-19, Selasa (26/1) tembus 13.094 kasus. Kini total sudah lebih dari 1 juta, atau tepatnya, sebanyak 1.012.350 orang terinfeksi Covid-19.
Angka ini dipandang tidak mengejutkan dan sesuai prediksi epidemiologi sebelumnya.
Dengan jumlah kasus Covid-19 yang terus tinggi di Tanah Air, harusnya menjadi alarm bagi masyarakat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan.
Sebab, kasus Covid-19 yang bertambah berbanding lurus dengan ketersediaan tempat tidur rumah sakit yang semakin kritis.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Mohammad Adib Khumaidi, memiliki rumus agar masyarakat tetap aman dari Covid-19.
Tentunya, selain disiplin dengan protokol kesehatan, ada perilaku lainnya yang harus dipatuhi.
“Saya sebut dengan 5M, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi aktivitas luar rumah,” tegas dr. Adib kepada JawaPos.com, Selasa (26/1/2021).
Lalu rumus lainnya, dengan mematuhi VDJ yakni mengatur tata kelola ruang. Caranya dengan memastikan Ventilasi, Durasi, dan Jarak. Ketiga inilah yang menjadi indikator penularan Covid-19.
“Rumus yang selalu saya sampaikan, 5M lalu VDJ,” tegasnya.
Setelah itu, masyarakat harus mendukung 3T yaitu testing, tracing, dan treatment.
Maka ia menegaskan dengan rumus ini, mendorong masyarakat untuk memastikan sehat dan tidak terpapar Covid-19. Lalu memiliki tanggung jawab bagi dirinya dan orang lain.
“Harus mendukung program 3T dan barulah setelah itu vaksinasi,” ungkapnya.
“Rumus ini lalu ditambah dengan komitmen masyarakat harus sehat untuk dirinya. Jadi dalam situasi pandemi memang yang pertama kita harus pikir individu untuk sehat, lalu bersama untuk sehat. Sebab problem masyarakat saat ini tentunya berbeda dari masalah yang terjadi tahun lalu saat Mei-Juni tahun lalu,” paparnya.
Sementara itu, Pakar Kesehatan dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dr. Hermawan Saputra mengatakan dengan 1 juta kasus saat ini membuat semua pihak tak bisa santai atau bermain-main lagi menghadapi Covid-19.
Baca Juga: Pembatasan Kegiatan Masyarakat Jawa-Bali Diperpanjang 2 Minggu
Ia meminta penanganan Covid-19 jangan setengah-setengah, sebab Indonesia belum mencapai puncak kasus.
“Satu juta kasus ini kan buat kami bagi analis kesehatan masyarakat dan epidemiolog bukan angka yang mengagetkan. Terprediksi sejak awal ya. Karena ke depan pun kasus akan naik terus karena kita belum lewati puncak kasus,” katanya.
“Jadi ada 3 opsi yang bisa dilakukan pemerintah di tengah keterbatasan testing, tracing dan treatment,” sambungnya.
Baca Juga: DPR Minta Vaksinasi Covid-19 Mandiri Perusahaan Disegerakan
Paling utama adalah dengan memberlakukan PSBB nasional. Kebijakan itu merupakan kebijakan paling mahal yang bisa dilakukan sekalipun akan bertaruh dengan kerugian ekonomi.
Menurutnya, PSBB nasional itu pilihan paling berani, punya konsekuensi tapi memutus penularan Covid-19 bahkan melewati puncak kasus.
Ia pun mengakui, PSBB itu mahal harganya karena kaitan dengan ekonomi.
Baca Juga: Ahli Waris Korban Meninggal akibat Covid-19 di Kab Bandung Bisa Dapat Santunan Rp15 Juta
“Tapi ketimbang kita terkatung-katung sekarang 11 bulan berlalu dan kerugian ekonomi jalan terus tak kunjung membaik, lebih baik kita rugi dalam satu waktu tapi bisa efektif lewati puncak kasus dan memutus mata rantai,” tegas Hermawan.
Ia menyarankan, PSBB nasional paling tidak dilakukan selama 3 minggu sampai 1 bulan. “Fase sekarang harusnya persiapan. Nanti Februari harus mulai,” jelasnya.
Kemudian, hal lainnya yang bisa pemerintah lakukan adalah optimalisasi vaksin dan proses vaksinasi.
Namun menurutnya, harapan vaksin ini nanti jangka menengah dan jangka panjang. Sebab negara kita bukan negara produsen vaksin yang membutuhkan anggaran besar.
“Sehingga 180 juta orang dengan sasaran ini tak mungkin dalam jangka pendek. Paling tidak 2 tahun ke depan,” katanya.
(jpc)