RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Pandemi Covid-19 benar-benar memporak-porandakan sektor usaha. Salah satunya ruang kesenian Saung Angklung Udjo.
Simbol kebanggaan warga Jawa Barat ini terancam bangkrut akibat sepinya pengunjung selama hampir 10 bulan pandemi.
Ruangan yang tadinya penuh dengan wisatawan lokal dan mancanegara, kini hampir tidak ada aktivitas sama sekali.
Kunjungan ke Saung Angklung Udjo berkurang setiap hari
Direktur Utama Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat mengatakan, pandemi yang tidak kunjung mereda menyebabkan kunjungan wisatawan berkurang setiap harinya.
Bahkan, kondisi ini menjadi yang paling buruk sepanjang berdirinya pusat edukasi dan wisata angklung itu. “Dari tahun 2020 sampai sekarang, kami tidak bisa beraktivitas dengan normal,” kata Taufik, Minggu (24/01).
Ia menuturkan, dalam kondisi normal sebelum pandemi bisa menerima kunjungan lebih dari 2 ribu orang dalam satu hari, berbanding terbalik dengan kondisi saat ini.
Taufik mengungkapkan, sekarang paling banyak jumlah kunjungan 20 orang saja setiap minggunya.
“Bahkan tamunya pernah hanya ibu, bapak, dan anak kecil 3 orang, kemudian pemain 30 orang,” ungkapnya.
Saung Angklung Udjo sebagai sarana edukasi dan wisata angklung terkemuka di Indonesia mengandalkan kunjungan mancanagera dan rombongan sekolah.
Pembatasan wisatawan mancanegara dan pembelajaran jarak jauh (PJJ), praktis menutup semua pintu kunjungan ini.
Pelajar dominasi kunjungan
Apalagi, adanya persyaratan yang perlu melengkapi pengunjung apabila datang ke tempat wisata, membuat mereka sepertinya enggan datang.
“Karakter pengunjung kita 90% anak pelajar yang rombongan bus dan orang bule. Ini mancanegara dan anak sekolah kan berhenti nih kegiatannya,” sambungnya.
Saung Angklung Udjo pecat 90% karyawan
Tidak ada pengunjung, berarti tidak ada juga pemasukan. Sedangkan pihaknya harus tetap menggaji para karyawan yang berjumlah hampir seribu orang.
Untuk meminimalisir pengeluaran, ia terpaksa mengambil langkah memberhentikan karyawan hampir 90 persen.
Kata Taufik, saat ini total keseluruhan pegawai tetap dan kontrak ada 600 orang. Adapun total dengan pegawai di luar kontrak dan tetap seperti pengrajin angklung dan para supplier ada sekitar seribu orang.
Baca Juga: Satu Dekade Angklung Mendunia
“Pengurangan pegawai bukan akan, tapi sudah sebagian (diberhentikan) pada bulan-bulan kemarin. Dari 600 pegawai sekarang tersisa 40 orang yang standby. Ini hampir 90%,” terangnya.
Ia menjelaskan, terpaksa melakukan pengurangan karyawan karena kondisi minimnya pengunjung membuat pemasukan berkurang.

Baca Juga: Tetap di Rumah Saja, Saung Angklung Udjo Persembahkan “Heal The World”, Simak Musiknya Ini
Belum lagi, agenda pemerintahan yang kerap menyewa jasa Saung Angklung Udjo untuk hiburan kini hampir tidak pernah lagi.
“Sekarang agenda sepi, biasanya kan kita juga diminta mengisi sejumlah kegiatan pemerintahan misalnya. Wedding juga dibatasi,” sambungnya.
Siapkan solusi
Meskipun dalam kondisi memprihatinkan, pihaknya tengah menyediakan solusi kongkret agar tetap bisa bertahan.
Baca Juga: Saung Angklung Udjo Mau Bangkrut, Ini Respons Disbudpar
Taufik juga berharap, ke depan pemerintah bisa turun tangan langsung membantu industri pariwisata dan kesenian yang terdampak sangat signifikan.
“Harapannya pada masyarakat, mari kita sadar menjaga protokol kesehatan agar pemerintah tidak sulit mengendalikan (pandemi). Kalau sudah mengerti kan kita bisa berjalan dan sesuai standar yang bisa sepakati bersama,” ujarnya.
(fid)