RADARBANDUNG.id, CIWIDEY – Sejak Agustus lalu, telah diterapkan model pembelajaran Guru Kunjung dalam melengkapi kegiatan belajar mengajar (KBM) sistem dalam jaringan (daring) di tengah pandemi. Salah satunya di SMPN 1 Ciwidey Kabupaten Bandung.
Menurut guru SMPN 1 Ciwidey, Devi Jubaedah mengungkapkan, guru kunjung sangat diperlukan, karena selain dapat menyampaikan materi pembelajaran, dirinya juga bisa melihat psikologis peserta didik secara langsung.
“Saya rasa guru kunjung itu memang harus ada. Karena tidak sedikit kendala yang ditemui, baik bagi guru maupun siswa saat daring. Seperti kendala jaringan, kuota internet dan HP yang tidak support. Untuk mengatasi hal tadi, SMPN 1 Ciwidey menerapkan metode guru kunjung. Ini juga termasuk bagian dari pendekatan antara guru atau wali kelas dengan siswanya,” jelas Devi saat ditemui di rumah siswanya di Kampung Ciloak, Desa Panyocokan, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, Selasa (3/11/2020).
Selama menjadi guru kunjung, ia mengatakan, jarak rumah siswa menjadi salah satu kendala yang cukup berat.
“Kalau jaraknya dekat, saya bisa jalan kaki. Tapi kalau jauh, terpaksa harus naik ojek. Bahkan waktu awal jadi guru kunjung, saya sempat nyasar mencari lokasi rumah siswa. Yang harusnya datang jam 8, jam 10 saya baru sampai rumah siswa,” tuturnya.
Tak hanya itu, menurutnya, di masa pandemi seluruh guru dituntut kreatif dalam menyampaikan materi, tak terkecuali guru kunjung.
“Sebelum pergi ke rumah siswa, malamnya saya selalu mempersiapkan materi dan media belajar apa yang harus dibawa. Karena media belajar modern ada di sekolah dan tidak mungkin saya bawa ketika kunjungan, jadi saya hanya membawa media yang sederhana, namun mudah dipahami siswa. Di saat seperti ini lah, seorang guru harus terus kreatif dan inovatif,” beber Devi.
Sementara terkait sistem daring, Devi menjelaskan, SMPN 1 Ciwidey menyediakan fasilitas belajar bagi siswa, seperti HP dan jaringan wifi.
“Bagi yang tidak punya HP, pihak sekolah memperbolehkan siswa untuk meminjam HP sekolah. Tapi penggunaannya hanya di area sekolah, tidak untuk dibawa pulang. Tak hanya HP, siswa juga bisa menggunakan jaringan wifi yang telah disediakan, tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan covid-19,” jelas Devi.
Dengan adanya sinergitas yang baik, ia berharap seluruh pelajar Kabupaten Bandung bisa survive dari wabah covid-19.
“Melalui kerjasama yang terjalin dari pihak pemerintah, sekolah dan orang tua, Insya Allah tantangan ini bisa kita lewati. Dan yang terpenting, mereka generasi penerus bangsa ini tetap bisa belajar dan bertambah pengetahuan setiap harinya,” harapnya.
Pada kesempatan yang sama, siswi kelas IX SMPN 1 Ciwidey, Puan Trijulian Herdianti (15) mengungkapkan, program guru kunjung sangat membantu dalam memahami materi pembelajaran.
“Waktu daring, kalau ada pelajaran yang tidak mengerti, saya bingung harus nanya ke siapa. Tapi karena sekarang gurunya datang ke rumah, enak, bisa nanya langsung,” tandasnya.
Puan juga mengaku, dirinya rindu sekolah seperti biasanya. Ia berharap, virus corona cepat berakhir.
“Yang dirindukan itu guru-gurunya, teman sekolah dan acara di sekolah. Semoga pandemi ini bisa segera berakhir. Saya ingin sekolah seperti biasa lagi,” ujar Puan.
Diitempat terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Juhana mengatakan, guru kunjung bisa menjadi pilihan apabila pemebelajaran daring dirasa kurang efektif bagi siswa.
“Guru kunjung ini akan lebih efektif, karena bisa ada interaksi antara siswa dan guru. Beda dengan daring yang sebagian besar pembelajaran satu arah,” tutur Juhana.
Guru kunjung juga bisa melihat dengan seksama psikologis siswa. Juhana mengatakan, selama beberapa bulan belajar di rumah, bisa membuat siswa merasa bosan belajar, karena kurangnya interaksi baik dengan teman kelas maupun dengan gurunya.
Walau menjadi metode pembelajaran paling efektif, namun kata Juhana, perlu ada perhatian khusus dalam metode guru kunjung.
“Pertama protokol kesehatan harus benar-benar diterapkan. Baik itu mengenakan masker selama pembelajaran, juga guru harus dipastikan bebas dari Covid-19, termasuk siswanya,” tandasnya.
Selain itu, siswa yang hadir dilakukan pembatasan, maksimal hanya boleh dihadiri 5 orang. Persetujuan orang tua juga menjadi syarat untuk melakukan guru kunjung.
“Untuk tempat belajar, boleh di rumah siswa atau di rumah guru, tapi harus diperhatikan juga kesehatan lingkungannya,” ujarnya.
Jika sekolah menerapkan guru kunjung, maka guru juga harus mendapat tunjangan transportasi yang bisa diambil dari dana BOS.