RADARBANDUNG.id, DAYEUHKOLOT – Kecamatan Dayeuhkolot sebagai daerah industri bahkan berkontribusi terhadap APBD Kab. Bandung kurang berdampak terhadap perubahan perekonomian mikro dan kecil. Termasuk banjir masih menjadi mimpi buruk bagi warga setempat sehingga Cabup Yena Iskandar Ma’soem bersama PDIP perlu menuntaskan masalah tersebut agar tidak terulang setiap tahunnya.
“Agenda konsolidasi organisasi dan kampanye Yena – Atep di Kec. Dayeuhkolot menjadi luar biasa karena kita masuk zona wilayah Cikalnya Bandung, sebagai wilayah Cikal Dayeuhkolot menjadi rebutan ketika musim hujan. Dan itu sudah berlangsung puluhan tahun, tiap tahunnya di musim hujan Dayeuhkolot mejadi rebutan para dermawan, Dayeuhkolot menjadi ladang amal para pencari berkah. Yang menjadi pertanyaaan selama 20 tahun Kab. Bandung di dalam satu tangan, sangat miskin gagasan untuk merubah citra kota Cikal menjadi bebas banjir,” kata Wakil Ketua Bid. Ideologi dan Kaderisasi DPC PDI Perjuangan Bandung Fatimah, Senin (19/10/2020).
Fatimah menyebutkan, perihal perkembangan industri di Dayeuhkolot, menjadi zona industri besar, industri menengah sebanyak 132, dan industri mikro dan kecil 455. “Dari jumlah tersebut dapat kita hitung berapa besar kontribusi Dayeuhkolot untuk APBD Kab. Bandung. Tapi apa yang diterima Dayeuhkolot, faktanya hanya label “kota cikal Dayeuhkolot” saja. Dayeuhkolot makin mempesona para pencari berkah karena banjir kerap hadir tiap tahunnya,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama Hj. Yena Iskandar Masoem, S.Si, Apt, berpendapat, PDI Perjuangan dan Yena-Atep terkait banjir langganan Kota Cikal Dayeuhkolot karena cara beripikir yang salah yaitu menjadikan sungai sebagai tempat sampah. Berbeda dengan orang tua dahulu, sungai adalah sumber kehidupan. “Perubahan cara pikir tersebut menjadi penyebab hadirnya banjir tidak saja Kota Cikal Dayeuhkolot tetapi daerah lainnya di Kab. Bandung,” ujarnya.
Terkait nasib Sang Kota Cikal Dayeuhkolot Hj. Yena Iskandar Masoem, S.Si, Apt, menyampaikan jadi teringat amanat buyut, yaitu gunung teu beunang di lebur, lebak teu meunang di ruksak. “Saya kira tegas apa yang dikatakan Buyut Kita, terkait cara berpikir dimana kita semua memiliki tugas untuk “ngemumule gunung dan lebak” ketika itu kita lupakan, hari ini kita rasakan akibatnya,” tandasnya.
“Yena-Atep yakin dengan Gotongroyong kita akan dapat menyelesaikan persoalan banjir, sehingga ladang amalnya akan bergeser ke kegiatan lainnya yang lebih memiliki arti dinamis sebagai pendorong perubahan”, katanya.
Hj. Yena Iskandar Masoem, S.Si, Apt, menambahkan, hal lain yang juga menjadi perhatian Yena-Atep adalah besarnya potensi industri mikro dan kecil jumlahnya dikisaran 455 unit, beberapa di antaranya terintegrasi dengan industri itu sendiri. “Dari kegiatan industri mirko dan kecil yang ada di Dayeuhkolot kita dapat belajar bagaimana tumbuh dan tetap mandiri di tengah-tengah industri,” ujarnya.
Menurut Yena, dirinya pernah datang ke beberapa titik di Dayeuhkolot, kondisi industri mirko dan kecil masih belum sepenuhnya memberikan dampak ekonomi yang layak, tetapi dirinya yakin kalau pemerintah hadir (bupati) fungsi ekonomi yang membahagiakan dari kegiatan industri mirko dan kecil akan mewujud.
“Satu hal yang menjadi modal dasar kreatifitas itu nyata adanya, tinggal bagaimana mendorongnya. Ini yang saya maksud dengan gagasan pemberdayaan keluarga buruh berbasis industri, tinggal membuat pola kerjasama pemerintah, pengusaha dan para pelaku industri mirko dan kecil. Gagasan Yena-Atep tentang kegiatan UMKM salah satu sasarannya adalah pemberdayaan keluarga buruh menjadi mesin penggerak ekonomi baik langsung maupun tidak langsung,” bebernya.
Terakhir Hj. Yena berharap kepada masyarakat Kec. Dayeuhkolot, untuk bergotongroyong bersama Yena-Atep mewujudkan Sang Kota Cikal Dayeuhkolot menjadi wilayah yang terpilih seperti buyut kakek kita meilih Dayeuhkolot sebagai tujuan awal datang ke wilayah Bandung.
Pilihan itu tentunya bukan tanpa alasan. Alasan awal yang bisa kita pahami adalah kemudahan Dayeuhkolot sebagai pelabuhan, karena daerahnya landai dan airnya tenang. Dari alasan itu kita dapat mengambil pelajaran yaitu pahami karakter wilayahnya, Dayeuhkolot sering terdampak banjir yang kerap melanda, sehingga peran industri sebagai penyangga ekonomi Kab. Bandung menjadi agak terbatas.
“Kedepannya, hal ini tidak boleh terjadi kegiatan Citarum Harum yang didanai oleh Pemerintah Pusat (APBN). Harapan kita bersama kegiatan tersebut akan menjadikan Kab. Bandung menjadi tempat yang serba layak untuk kehidupan manusia dan memanusiakan manusia, sehingga kreativitas anak negeri Kab. Bandung akan lebih tampak, dominan dan bermanfaat bagi semua warga tanpa kecuali,” pungkasnya.