Harga Terjun Bebas, Petani Sayuran di Bandung Barat Merugi

Harga Terjun Bebas, Petani Sayuran di Bandung Barat Merugi
ILUSTRASI: Petani tomat di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. FOTO: TAOFIK ACHMAD HIDAYAT/RADAR BANDUNG

Harga Terjun Bebas, Petani Sayuran di Bandung Barat Merugi

RADARBANDUNG.id, CIPATAT- Petani sayuran di Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengeluhkan harga jual yang terjun bebas di tengkulak.

Hal tersebut ditenggarai akibat turunnya pasar lantaran pandemi Covid-19 beberapa bulan terakhir.

Salah seorang petani sayuran, Dase (43) menjelaskan, merugi karena harga sayur yang ditanam harganya sangat murah.

“Saya tanam mentimun tapi pas dijual ke kawasan Cibitung harganya hanya Rp1.500/kg,” katanya, kemarin.

Jika harga normal, kata Dase, harga mentimun di pasaran bisa mencapai Rp3.000/ kilogram. Kondisi harga jual saat ini memaksa dirinya gigit jari.

“Apalagi jenis sayuran lain, tidak sedikit petani yang merugi hingga puluhan juta rupiah,” katanya.

Ia mengaku, bingung dengan kondisi saat ini. Hal itu lantaran modal untuk bertani kembali habis karena harga jual yang tak kunjung normal.

“Saya bingung harus bagaimana lagi, modal terus-terusan keuntungan pun tidak ada malahan rugi,” ungkapnya.

Sementara itu, petani sayuran lainnya, Apung (57) mengungkapkan, baru merasakan harga jual yang sangat anjlok saat ini.

“Contohnya saja cabe keriting, sekarang hanya Rp 7000/kilogram. Jika harga normal bisa mencapai Rp40.000 lebih/kg,” imbuhnya.

Ia berharap, pemerintah dapat memberikan solusi terhadap kondisi para petani sayuran di tengah pandemi.

“Kita berharap ada bantuan dari Pemda Bandung Barat baik bantuan pupuk maupun mendorong harga kembali normal,” harapnya.

Terkait ini, penurunan harga sayuran dari petani ke tengkulak ini ditenggarai akibat melimpahnya produksi sayuran di Bandung Barat di tengah pandemi.

Harga Terjun Bebas, Petani Sayuran di Bandung Barat Merugi
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bandung Barat, Heru BP

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bandung Barat, Heru BP saat ditemui Radar Bandung, Selasa (1/9/2020) mengungkapkan, ada penambahan masyarakat yang beralih profesi menjadi petani di tengah pandemi.

Hal tersebut, menurutnya, berimbas pada membludaknya hasil pertanian.

“Tidak sedikit buruh atau pekerja industri yang di rumahkan. Selain itu, tidak sedikit juga masyarakat yang menanam tanaman dapur di pekarangan rumah,” katanya.

Menurut Heru, faktor lain yang mempengaruhi melimpahnya hasil sayuran yakni beralihnya petani bunga ke sayuran.

“Salah satu contohnya di Parongpong, tidak sedikit petani bunga beralih ke sayuran lantaran harga bunga yang turun,” jelasnya.

Heru menyebut, upaya relevan yang saat ini harus dilakukan adalah membuat produk olahan dari bahan sayuran yang kemungkinan besar meningkatkan nilai jual.

Baca Juga: Rizal Ramli Sebut Sektor Pertanian jadi Solusi Ancaman Kelangkaan Pangan dan Perbaikan Ekonomi 

“Sayuran merupakan tanaman yang berumur pendek. Bisa saja kita membuat olahan seperti saus yang berbahan tomat maupun cabai agar nilainya meningkat,” tuturnya.

Lebih lanjut Heru menilai, agroindustri punya potensi yang mampu mengangkat taraf ekonomi masyarakat para petani.

Baca Juga: BPN KBB Targetkan Sertifikasi 400 Bidang Lahan Pertanian

Karena itu, fungsi keberadaan kelompok tani di Bandung Barat harus dimaksimalkan.

“Jika hanya mengandalkan penjualan sayuran segar tentunya akan sulit. Karena itu, agro industri akan dimaksimalkan sekarang. Salah satunya dengan memberikan bantuan peralatan industri,” pungkas Heru.

(kro)



Iklan RB Display B

Berita Terbaru

Iklan RB Display C




Berita Terkait Kabupaten Bandung Barat


Iklan RB Display D