Prediksi Pakar, 1 Bulan ke Depan Data Positif Covid-19 di Jabar Masih Akan Naik
RADARBANDUNG.di, BANDUNG- Di tengah tren meningkat kasus positif di Jabar, pakar epidemiologi mengimbau masyarakat kembali mendisiplinkan diri menerapkan protokol kesehatan COVID-19.
Baca Juga: Hegarmanah Akan Ditutup 14 Hari, Warga Sekitar Secapa TNI AD Wajib Rapid Test Covid-19
Menurut staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Bony Wiem Lestari, masyarakat adalah garda terdepan perang melawan COVID-19. Banyak bukti ilmiah bahwa memakai masker dan jaga jarak dapat mencegah penularan.
Para pakar di Jabar sebelumnya telah memprediksi lonjakan kasus ini bakal terjadi dewasa ini.
“Sekarang kasus positif di Jabar 4.951 bertambah 105 orang. Tidak beda jauh dengan estimasi kami di angka 5.000 kasus positif,” ujarnya, Sabtu (11/7/2020).
Baca Juga: Polisi Pengawal Wali Kota Bandung Terpapar Corona
Bony menjelaskan, bagaimana masyarakat seharusnya membaca secara bijak data tersaji agar tidak ada misperspsi dan salah menyikapi. Menurutnya, ada tiga kemungkinan dari data positif yang tersaji.
Pertama, laju infeksi memang sedang terjadi. “Prediksi kami menunjukkan satu bulan ke depan masih akan naik,” katanya.
Kedua, efek peningkatan tes masif. Saat ini Jabar sedang mengejar target WHO tes PCR 1 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 500.000 dan gencar uji usap (tes swab/PCR). Minggu, uji usap sudah di angka 78.000.
”Sekarang mungkin di 88.000. Makin banyak yang dites, makin banyak temuan positif, makin bagus untuk pelacakan,” jelas Bony.
Baca Juga: 1.262 Positif COVID-19 di Secapa AD, Ridwan Kamil Minta Maaf
Ketiga, pelimpahan administrasi. Jabar berpotensi menerima limpahan kasus dari provinsi lain, dalam arti tertular di provinsi lain tapi karena KTP-nya Jabar maka dihitung sebagai kasus warga Jabar. “Kita juga menerima limpahan kasus dari provinsi lain,” sebut Bony.
Fakta di lapangan, para pakar sebetulnya kesulitan menentukan kurva penularan apakah Indonesia saat ini telah melewati gelombang pertama COVID-19 atau belum. Syarat untuk menentukan kurva adalah kapasitas tes masif yang baik. Di awal wabah terjadi tes masif belum sebaik seperti saat ini.
Baca Juga: 5 Kecamatan di Kota Bandung Nol Kasus Positif Covid-19
“Sebenarnya agak sulit menentukan kurva apakah kita masih first wave (gelombang pertama) atau menyongsong second wave (gelombang kedua),” ungkapnya.
Dalam situasi seperti ini, Bony merekomendasikan beberapa hal untuk dilakukan pemerintah daerah. Pertama, pemda harus memastikan institusi atau organisasi di bawahnya lebih rajin turun ke lapangan mengecek ventilasi udara berfungsi baik, serta disinfeksi alat pendingin udara (AC) baik di kantor, pabrik, bioskop, mal, pesantren, asrama dan tempat berisiko tinggi lainnya.
Baca Juga: Klaster Secapa AD di Bandung, 1.262 Siswa Tertular COVID-19
“Ada wabah yang sumbernya dari AC, itu sempat outbreak di Amerika. Jadi radang pernapasan akut ternyata sumbernya adalah AC. Jadi harus lebih sering bebersihna,” ungkap Bony.
Kedua, pemda harus menyediakan sistem pelayanan kesehatan dan SDM memadai mengantisipasi ledakan pasien. “Kalau ada peningkatan kasus dan misalnya semua harus dirawat, apakah tempat tidur di rumah sakit dan tenaga medis cukup. Ini harus disiapkan pemerintah,” katanya.