RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Islam Bandung (Unisba) kembali berkontribusi dalam hal riset ihwal upaya penyelesaian pandemi Covid-19.
Hasil riset akademisi Unisba itu disosialisasikan lewat Webinar bertajuk Perkembangan Riset Hibah Penelitian Khusus Covid-19 Kategori Science, melalui aplikasi zoom meeting.
Sedikitnya, ada 35 riset di LPPM Unisba yang meneliti tentang Pandemi Covid-19. Webinar dibagi menjadi dua sesi. Pada webinar Rabu (8/7), empat riset atau penelitian diseminarkan dalam webinar tersebut.
Penelitian pertama diketuai oleh Taufik Muhammad Fakih, M.S.Farm., Apt dengan judul penelitian Aktivitas Antivirus Mucroporin terhadap Protease Utama (Mpro) Novel Coronavirus 2019 (SARS-CoV-2) melalui Pendekatan Bioinformatika untuk Pengembangan Peptida Antimikrobial.
Kedua, Titik Respati, drg., MScPH dengan judul Pilot Game-Based Learning Program to Reduce Anxiety During The Corona Pandemic.
Penelitian ketiga diketuai Dr. Suwendar, M.Si., Apt dengan judul Pengembangan Sediaan Sabun Cair dari Daun Jambu Air Untuk Pencegahan Penularan COVID-19.
Kemudian, penelitian keempat dengan judul Pengembangan Protokol Pencegahan Wabah Penyakit Menular (Covid-19) di Universitas yang diketuai oleh Fajar Awalia Yulianto, dr., M.Epid.
Ketua LPPM Unisba, Prof. Dr. Atie Rachmiatie, M.Si., mengatakan, kegiatan sosialisasi ini terselenggara untuk menunjukkan kepada masyarakat, bahwa civitas akademika Unisba peduli dan bergerak cepat dalam merespons sesuatu yang terjadi dan berkembang di masyarakat khususnya perkembangan Covid-19.
“Kami ingin ambil bagaian bagaimana civitas akademika berkontribusi untuk masyarakat luas,” ujar Atie saat membuka kegiatan Webinar.
Atie menambahkan, penelitian yang dilakukan harus bermanfaat untuk masyarakat. Setidaknya untuk bisa menjawab tantangan dimasa pandemi ini.
“Kami berharap riset ini bisa memberi sumbangsih kepada masyarakat. Khususnya saat ini, dengan riset kami bisa menyelesaikan permasalahan pandemi Covid-19,” sambungnya.
Menurut Atie, upaya ini sesuai dengan visi Unisba menjadi Perguruan Tinggi Islam yang mandiri, maju dan terkemuka di Asia.
Selain itu, kegiatan ini juga sesuai dengan salah satu misi Unisba yaitu melaksanakan penelitian yang kemanfaatannya dirasakan secara langsung oleh masyarakat.
“Penelitian yang ada memang diarahkan seputar Covid-19. Titik berat riset ini tidak hanya sampai pada tataran konsep, tapi harus bermanfaat bagi masyarakat,” tutupnya.
Sementara itu, Fajar Awalia Yulianto, dr., M.Epid menambahkan, kasus Covid-19 di Indonesia masih cukup tinggi.
Virus ini bisa saja hilang jika input data valid. Contoh kasus, jika jumlah data yang positif, negatif, jumlah ODP atau PDP dan lainnya akurat, kemungkinan besar kapan hilangnya virus bisa diprediksi.
Namun, sebaliknya, jika input data salah maka prediksi pun akan jauh meleset.
“Indonesia ini negara yang besar dan luas. Berbeda dengan Singapura. Cukup sulit mendata secara akurat,” imbuhnya.
Selain itu, sambung Fajar, virus Covid-19 berbeda dengan penyakit lainnya. Tidak bisa disamakan dengan dengan batuk, DBD atau lainnya. Musababnya, penyebaran Covid-19 sangat cepat.
“Kalau batuk, pilek atau flu, sudah pasti orang akan jaga jarak sehingga penyebaran virusnya bisa lebih terkendali,” jelasnya.
Untuk saat ini, kata Fajar, cara yang paling baik ialah menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga terdekat dengan mengikuti anjuran pemerintah menerapakan protokol kesehatan dari aktivitas sehari-hari.
“Hindari kontak sama orang lain. Gunakan sabun saat cuci tangan, bawa hand sanitizer, jaga stamina dan hindari kerumuman massa,” pungkasnya.
(muh)