Masih Ada Harapan Pariwisata di Bandung Bangkit Lagi di Era New Normal
RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Nyaris semua sektor dibuat lumpuh semasa pandemi Covid-19, tak terkecuali sektor industri pariwisata.
Baca Juga: Objek Wisata Orchid Forest Cikole Lembang Sambut Era New Normal
Pandemi mengharuskan semua orang membatasi pergerakan, sebab mobilitas masyarakat sebagai pemicu penularan. Semasa pandemi, sebagian besar kegiatan akhirnya dialihkan secara daring.
Pembatasan mobilitas tak terhindari, inilah yang kemudian dinilai sangat bertentangan dengan filosofi dasar pariwisata.
Baca Juga: Ridwan Kamil: Pembukaan Mal di Jabar Kemungkinan Minggu Depan, Tempat Hiburan Malam Nanti Dulu
Peneliti Pariwisata dari Magister Pariwisata Berkelanjutan Unpad, Kasno Pamungkas menerangkan filosofi dasar dari pariwisata atau kegiatan wisata adalah pergerakan manusia.
Ketika pergerakan itu dipersempit, tak heran jika kemudian pariwisata menjadi terpuruk.
Baca Juga: Tempat Wisata di Bandung Barat Sudah Boleh Buka
“Filosofi pariwisata itu pergerakan manusia. Itu harus digaris bawahi. Sementara, pandemi mengharuskan orang berdiam di rumah, pembatasan mobilitas atau pergerakan menjadi hal yang disengajakan. Kondisi ini bertolak belakang dengan filosofi dari pariwisata,” kata Kasno saat dihubungi, Jumat (19/6).
“Maka, sangat wajar jika pariwisata menjadi sektor yang paling terdampak akibat pandemi ini,” imbuhnya.
Baca Juga: Mohon Maaf, Warga Luar Jabar Belum Bisa Kunjungi Wisata Lembang
Menurut Kasno, sebelum adanya pandemi, pariwisata digadang-gadang sebagai sektor usaha pendapatan negara yang tak berbatas. Misalnya, tak seperti sektor pertambangan yang bergantung pada hasil bumi yang terbatas.
“Sempat ada anggapan bahwa pariwisata adalah sektor usaha dan pendapatan negara yang tidak berbatas, boardless atau limitless, dibandingkan dengan sektor lain, misalnya pertambangan, migas, mineral,” katanya.
Baca Juga: Face Shield Jadi Tren Baru Cegah Corona Saat Berwisata di Lembang
Tapi dengan pandemi Covid-19, semua itu terbantahkan. Kasno menyebut, mengutip data World Toursum Organization (UN-WTO), pada kuartal pertama 2020 kunjungan wisatawan mengalami penurunan sekitar 22 persen. Selanjutnya, menurun tajam pada Maret sebesar 57 persen.
“Angka tersebut menandakan 67 juta kunjungan internasional dibatalkan,” katanya.
Baca Juga: PSBB Kota Bandung Berlanjut, tapi Mal Sudah Boleh Buka Mulai Senin
Menurut Kasno, hal ini jelas berdampak negatif terhadap industri pariwisata, baik jenis wisata alam, wisata budaya, maupun wisata kreatifitas.
“Pada 2019 lalu, 65 persen wisatawan internasional berkunjung ke Indonesia karena motif wisata alam, 30 persen wisata budaya, dan 5 persennya wisata kreatifitas. Kini, semua itu terdampak, termasuk Bandung,” imbuhnya.