Perang Twitter

Ada yang Ingin Membunuh Donald Trump Kirim Racun Sangat Mematikan
Presiden Amerika Serikat Donald Trump

Twitter, katanya, tidak lebih dari penerbit surat kabar.

Pokoknya perang melawan sosmed ini akan seru.

Trump memang dikenal sebagai ”Raja Twitter”. Tiap pagi pekerjaan utamanya memposting tweet. Di situ ia mengancam. Di situ ia melecehkan lawan. Pun di situ menekan kanan-kiri. Termasuk lewat kalimat-kalimat menyudutkan.

Selama 2,5 tahun menjadi presiden ia sudah mengunggah 170.000 Tweet. Ia juara dunia.

Ia memang merasa tidak mungkin lagi menggunakan media mainstream. Yang hampir semua justru menyerangnya. Ia justru memberi nama koran seperti New York Times dan Washington Post sebagai produsen berita palsu.

Harapannya tinggal di Twitter. Tapi belakangan Twitter juga sudah seperti itu. Ia begitu kecewa. Ia tahu, bisa jadi, dekrit itu tidak realistis. Begitu sulit proses merealisasikannya. Tapi siapa tahu bisa untuk menekan Twitter.

Tentu benar-benar masih banyak proses yang harus dilewati. Sebelum dekrit itu bisa dilaksanakan. Termasuk DPR harus banyak bersidang. Pun pula harus memperdebatkannya. Belum lagi kalau harus lewat pengadilan.

Sampai pun pilpres November nanti, dekrit itu pasti belum akan bisa dilaksanakan.

Perang itu masih panjang. Tapi bukan berarti Trump melupakan tantangan Tiongkok. Amerika masih sibuk menggalang kekuatan. Yang sudah mendukung –masih sebatas pernyataan– adalah koalisi tetapnya: Canada, Australia, dan Inggris.

Jepang masih mikir-mikir. Uni Eropa bahkan tidak akan mengekor. India juga tidak.

Itulah hasil monitoring saya sampai tadi malam.

Tiongkok tentu perlu mengejar ”Pertamax” Twitter-nya Trump. Siapa tahu pernyataan perangnya juga diunggah lewat Twitter.

Saya sendiri tidak banyak tahu lagi tentang Twitter. Yakni sejak –ah, saya lupa sejak ada peristiwa apa.

(Dahlan Iskan)

Editor : Ali Yusuf



Iklan RB Display B

Berita Terbaru

Iklan RB Display C




Berita Terkait Nasional


Iklan RB Display D